Oleh Khairul Amri Ismail
_Mahasiswa Program Doktor Universitas Islam Sultan Syarif Ali Brunei Darussalam._
Tu Sop, ulama kharismatik Aceh yang selama ini hadir dengan penuh cinta dan kebijaksanaan, kini telah pergi meninggalkan dunia untuk kembali kepada sang pencipta.
Kepergiannya ditengah canda tawa secara tiba-tiba berubah menjadi duka yang sangat menggores jiwa. Semangat perjuangan seketika bagai hilang ditelan bumi.
Narasinya yang begitu indah dan tegas, mengajarkan kita akan makna sesungguhnya dalam membangun negeri yang berperadaban. Delapan hari sebelum beliau pergi, Nasehat hikmahnya seolah mengisyaratkan “aku akan pergi untuk selamanya, maka inilah prinsip membangun sebuah negeri yang berperadaban”.
Nasehatnya tersebar di banyak grup WhatsApp ditengah bergulirnya sikap menjatuhkan antar sesama anak bangsa.
“Assalamualaikum kepada semuanya, Mohon kita jangan mempermalukan saudara kita sebangsa, mari kita berpikir hanya untuk berjuang untuk negeri kita lebih baik ke depan. Jangan ada yang hancur harga diri, tidak saling menjatuhkan, setiap kita memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.”
Kata-katanya yang lembut namun tegas menembus ruang batin kita, mengingatkan akan pentingnya merawat persaudaraan di tengah segala perbedaan. Nasehat ini mengajarkan bahwa harga diri tidak diperoleh dengan merendahkan orang lain, melainkan dengan saling memuliakan dan menghargai kelemahan masing-masing sebagai bagian dari kemanusiaan.
Di tengah riuhnya gelombang politik Aceh yang sederhana diwarnai intrik dan perselisihan, beliau hadir membawa kesejukan, menenangkan hati yang gundah, dan menyatukan yang terpecah, pesan itu mengingatkan kita bahwa bangsa yang kuat adalah bangsa yang mampu menjaga martabat antar sesama.
Nasehat itu adalah cahaya penuntun, memanggil kita untuk kembali kepada akhlak yang mulia, untuk saling menghormati tanpa syarat. Nasehat sederhana yang penuh kasih dan sangat bermakna, mengajarkan bahwa kekuatan sejati terletak pada kebersamaan yang dibangun atas dasar cinta dan rasa saling menghargai tanpa membenci.
Sungguh, itu merupakan nasehat yang menggambarkan bahwa nilai masa depan bangsa terletak pada moral kita bersama, menyingkirkan ego pribadi demi kepentingan kita bersama.
Beliau mengajak kita untuk memandang jauh ke depan, melampaui perbedaan dan bersama-sama membangun negeri ini dengan penuh cinta dan keikhlasan. Pesan ini begitu menggetarkan hati, karena datang dari seorang ulama yang benar-benar peduli pada martabat anak-anak bangsa.
Tu Sop hadir ditengah kita dengan kasih sayang yang sejati. Baginya, kedamaian dan perdamaian hanya bisa tercipta ketika setiap orang diperlakukan dengan hormat dan kasih sayang. Baginya, tidak ada kemenangan yang lebih agung dari kemampuan kita untuk saling memaafkan dan saling menjaga dalam tujuan membangun bangsa, inilah pesan abadi yang Tu Sop tinggalkan untuk kita semua.
Tu Sop telah pergi untuk selamanya, semoga jejak kebijaksanaannya selalu hidup di hati kita. Warisan terbesarnya bukanlah harta benda, melainkan ajaran untuk menjaga kehormatan, martabat dan persatuan dalam membangun bangsa. Semoga setiap langkah yang kita ambil, pesan-pesan beliau terus membimbing kita.
Mari kita lanjutkan perjuangan beliau dengan menjaga harga diri bangsa ini, memuliakan satu sama lain, dan berjuang demi masa depan yang lebih cerah. Warisan cinta dan kebijaksanaan Tu Sop akan terus mengalir di nadi kehidupan kita, menjadi lentera yang tak pernah padam dalam kegelapan dunia.