Lhokseumawe | 105 orang pencari suaka etnis Rohingya berhasil diselamatkan dengan bantuan TNI AL dengan mengerahkan KRI Parang 647 yang menarik kapal kayu milik etnis Rohingya dari perairan Bireuen ke Pelabuhan eks PT AAF di Krueng Geukuh, Aceh Utara.
Pencari suaka Rohingya yang didominasi oleh perempuan dan anak-anak yang sudah terapung-apung dengan kapal kayu bermotor dengan kondisi rusak mesin dan mengalami kebocoran sejak Minggu, 26 Desember 2021 yang ditemukan oleh nelayan sekitar yang akhirnya diberikan izin oleh Pemerintah Indonesia untuk diselamatkan.
Etnis Rohingya tersebut tiba dalam kondisi cuaca diguyur hujan deras pada Kamis, (30/12/2021) pukul 23.58 WIB yang disambut langsung dari Komandan Lanal Lhokseumawe, tim UNHCR, IOM, Kapolres Lhokseumawe, Dandim Aceh Utara dan Pemerintah Kota Lhokseumawe.
Kemudian sebelum proses evakuasi dari kapal kayu milik etnis Rohingya yang mengerahkan 4 unit bus yang disediakan oleh Pemko setempat guna membawa mereka ke Shelter sementara di BLK Kandang, Gampong Meunasah Mee, Kecamatan Muara Dua, Kota Lhokseumawe. Namun sebelumnya, mereka secara perorangan disemprot desinfektan serta diberikan masker yang wajib dipakai guna mematuhi protokol kesehatan.
Setelah mereka tiba di Shelter sementara tersebut, kemudian mereka akan menjalani karantina selama 14 hari dengan penjagaan ketat oleh pengamanan oleh pihak Kepolisian Resort setempat, TNI, dan Satpol PP.
Pencari suaka sebanyak 105 orang etnis Rohingya tersebut terdiri dari 8 orang laki-laki dewasa, 50 orang perempuan dewasa serta 47 anak-anak. Mereka langsung dilakukan tes swab antigen dengan hasil negatif.
“Kami sangat berterimakasih kepada Pemerintah Indonesia dan Daerah yang telah menerima pengungsi Rohingya. Yang Harus kita pikirkan sekarang adalah keselamatan dan kesehatan mereka yang sudah sangat lama terombang-ambing di lautan yang pastinya yang sangat kekurangan tersebut.
Dengan begitu, kami UNHCR akan terus mendukung Pemerintah guna membantu pengungsi etnis Rohingya ini,” ujar Protection Associate of UNHCR, Oktina.
Menurut Protection Associate of UNHCR tersebut, pihaknya akan berkoordinasi dengan pemerintah daerah dalam proses penanganan lanjutannya.
Perlu diketahui bersama, sebelum mendapatkan izin berlabuh dari Kemenko Polhukam, kapal yang dalam kondisi rusak tersebut terpaksa ditambat nelayan sekitar di kawasan Rumpong di posisi 60 mil dari bibir pantai Samalanga Bireuen.
Bahkan nelayan dan sejumlah pihak terus menyuplai makanan dikarenakan kondisi mereka yang sangat memprihatinkan. Ditambah lagi cuaca ekstrim di kawasan perairan tersebut membuat lembaga-lembaga kemanusian terus mendorong penyelamatan kemanusiaan.