Infoacehtimur.com / Gaya Hidup – Wisata ganja memang tidak tercantum dalam brosur promosi milik agen perjalanan wisata di Maroko. Namun, saat ini ganja menjadi salah satu magnet kedatangan turis mancanegara ke negara di Afrika Utara itu.
Dalam bar di salah satu hotel yang berada di kawasan Ketama, turis asal Jerman bernama Beatrix terlihat asyik menggulung lintingan ganja.
Turis wanita berusia 57 tahun itu mengaku jatuh cinta dengan suasana kawasan yang diinapinya, terlebih lagi dengan kualitas ganja yang didapatkannya.
Hassan, warga lokal di Ketama, mengatakan kalau ganja merupakan sumber penghasilan mereka yang utama sekarang. Tak heran, pria berusia 40 tahun itu terlihat mengenakan jam tangan berlapis emas.
“Kondisi iklim di sini sangat istimewa. Tidak ada yang bisa tumbuh selain kif,” katanya sambil menyebut istilah Maroko untuk ganja.
Maroko Utara menjadi kawasan penghasil ganja dengan ekspor besar ke benua Eropa. Kedatangan turis mancanegara untuk menyicipi ganja langsung di tanah tempat tumbuhnya juga membuat kantong pelaku bisnis wisata di sini menjadi lebih tebal.
Penggunaan dan jual beli ganja masih dilarang oleh pemerintah Maroko. Meski demikian, aturan tersebut tak membuat petani di sana berhenti untuk menanamnya.
Baca juga:
- Ada Mie Goreng Khas Aceh Rasa Ganja Dalam Kemasan, Polda Aceh Angkat Bicara.
- Ketika Ganja Dilegalkan Jadi Lalapan Makanan, 8 Negara Ini Sudah Legalkan Ganja.
- DPRA Aceh Wacanakan Legalisasi Ganja Untuk Kepentingan Medis
Mengisap ganja bukan tren, melainkan sudah menjadi tradisi lama di Maroko. Festival ganja bernama ‘Bombola Ganja’ juga berlangsung di Ketama setiap tahunnya.
Tur kif
Pengunjung festival ‘Bombola Ganja’ tak hanya bisa mengisap ganja, karena ada juga panggung musik yang dimeriahkan oleh berbagai DJ.
Ada juga ruang konsultasi bagi pengunjung yang ingin menggunakan ganja sebagai obat medis.
Setiap tahunnya, ribuan turis mendatangi Ketama. Sebagian besar berasal dari Eropa, tapi ada juga yang datang dari kawasan lain di Maroko.
“Orang banyak datang ke sini untuk menikmati hawa pegunungannya yang sejuk,” kata salah satu direktur hotel di Ketama, Abdelhamid.
Ketama identik dengan wisata ganja sejak tahun 1960-an. Kawasan ini sempat sepi pada tahun 1990-an karena banyaknya kasus kriminal yang terjadi. Turis pun jadi enggan datang.
Wisata ganja tak hanya memulihkan perekonomian Ketama, tapi juga Chefchaouen, kawasan yang dikenal dengan sebutan Kota Biru.
Tak hanya menjual paket tur keliling kawasan yang bercat tembok biru, saat ini ada juga agen perjalanan yang menawarkan tur kif.
Keliling kebun ganja
Di Chefchaouen, paket tur kif dihargai Rp243 ribuan per orang. Tur macam ini bisa didapatkan melalui informasi pengelola hotel, meski mereka tidak menyantumkannya di brosur promosi.
Salah satu kegiatan dalam paket tur kif ialah mengunjungi ladang ganja dan melihat produksi ganja yang berada di sebuah desa.
“Di sini ada beberapa jenis tanaman ganja, dari Meksiko, Afghanistan dan lokal,” kata Muhammad, salah satu pemandu wisata tur kif.
Peserta tur kif juga bisa membeli ganja yang bisa dinikmati di hotel. Salah satu peserta asal Perancis membeli paket ganja seharga Rp3,1 jutaan.
“Silakan menikmati ganja ini, tapi jangan membakarnya di depan kantor polisi,” kata Muhammad sambil menyerahkan paket ganja kepada peserta tur-nya. **
JANGAN LUPA ikuti UPDATE BERITA lainnya dan follow akun GOOGLE NEWS INFOACEHTIMUR.COM
Artikel ini Merupakan milik CNN Indonesia “Ganja ‘Mengharumkan’ Bisnis Wisata di Maroko” selengkapnya di sini: https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20171206133242-269-260488/ganja-mengharumkan-bisnis-wisata-di-maroko.