Penulis :
Ade Sela dan Lena Farsiyah
Mahasiswi Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, Instutut Agama Islam Negeri (IAIN) Langsa.
LANGSA – Gampong Cinta Raja merupakan gampong yang termasuk dalam wilayah Kota Langsa Kecamatan Langsa Timur. Gampong Cinta Raja dahulu di zaman penjajahan belanda merupakan wilayah dari pada Gampong Sungai Pauh yang diberi nama Uyok.
Gampong Cinta Raja mempunyai batas wilayah, sebelah Utara dengan Gampong Sungai Lueng, sebelah selatan dengan Gampong Matang Cengai, sebelah Timur Alue Sentang dan sebelah Barat Gampong Sukarejo. Gampong Cinta Raja juga dikenaldengan kerajinan tangan anyaman tikarnya yang lagi berjalan dari tahun 2020 hingga sekarang.
Kerajinan yang dihasilkan dari alam dan dapat dimanfaatkan oleh manusia. Indonesia boleh tertinggal dalam bidang yang lainnya seperti ilmu pengetahuan dan teknologi, indonesia boleh memiliki saingan dari negara lain dalam soal keindahan, tetapi jika soal kekayaan dan keragaman indonesia menjadi pusat nomor satu di dunia.
Maka dari itu kerajinan yang ada di indonesia dapat melahirkan berbagai macam kesenian salah satunya adalah Gampong Cinta Raja dengan kerajinan tikar anyamannya.
Tikar merupakan hasil kerajinan tangan manusia. Kerajinan tangan anyaman ini pada umumnya hanya dilakukan oleh wanita saja. Daun pandan ini adalah tumbuhan yang tumbuh di sekitar lingkungan tempat tinggal masyarakat di pendesaan.
Kerajinan dari daun pandan ini setelah dianyam daun pandan bisa dibentuk aneka jenis kerajinan seperti tikar, tas, sajadah, dompet, topi, gantungan kunci, kipas, tempat tisu, sandal, dan lain-lain. Nilai ekonomis kerajinan anyaman pandan ini juga tinggi serta berprospek cerah dan menguntungkan. Selain harga bahan baku murah dan mudah didapat serta pemasarannya bisa menembus keluar provinsi hingga luar negeri. Dari hasil tikar sendiri bisa mendorong ekonomi masyarakat untuk menghasilkan pundi-pundi rupiah.
Kerajinan anyaman tikar dari pandan ini adalah salah satu usaha kerajinan tangan yang cukup potensial pada setiap suku bangsa di Indonesia. Pembuatannya sangat sederhana dengan hanya mengandalkan tangan dan dibantu oleh beberapa buah alat tradisional seperti pisau, parang, dan jangka.
Kerajinan anyaman merupakan salah satu dari kebudayaan yang dimiliki manusia sejak zaman prasejarah dalam rangka memenuhi kebutuhan akan sandang dan perlengkapan pendukung sehari-hari.
Bagi masyarakat digampong Cinta Raja kegiatan mengayam adalah suatu rutinitas yang selalu dilakukan oleh setiap ibu-ibu rumah tangga secara turun temurun dari generasi ke generasi. Bahkan bukan hanya ibu yang kalangan tua saja melakukan kegiatan ini, tetapi ibu-ibu muda yang bekerja pun melakukan anyaman tikar ini saat waktu senggang.
Pada Gampong Cinta Raja terdapat 3 kelompok pengrajin tangan. Masing-masing kelompok beranggotakan 5-7 orang. Kelompok pengrajin yang ikut mengayam tikar ,setiap ingin mengayam mereka akan bersama-sama mencari bahan pandan yang akan digunakan dalam pembuatannya. Pandan dibersihkan kemudian daun pandan dipotong-potong sesuai ukuran 1-3 cm kemudian direbus kurang lebih 30 menit untuk menghilangkan getahnya, setelah itu dijemur ditempat yang sejuk, lebih kurang selama 6 jam lalu dilemaskan dengan kayu berbentuk segiempat, kemudian direndam lagi lebih kurang 4 jam lamanya, setelah itu dijemur lagi sampai menimbulkan warna keputihan.
Setelah kering apabila jika mau diwarnai maka selanjutnya diwarnai lalu dan dilemaskan lagi dan siap dianyam , setelah bentuk tikar barulah dibentuk kreasi lain seperti alas duduk, sajadah, tas, dompet dan lain-lain.
Seiring dengan berkembangnya zaman selain anyaman tikar cukup digemari, kerajianan anyaman tikar ini juga terdapat seni rupa dengan berbagai macam model dan menjadi sumber mata pencaharian bagi para pengrajin gampong Cinta Raja. Anyaman tikar tersebut diperjual belikan menjadi penghasilan dengan harga jual permodel dan bentuk dengan harga yang variasi yaitu kisaran dari harga Rp 10.000,00 sampai Rp. 300.000,00.
Pada umumnya pembuatan kerajinan anyaman yang berkualitas dilakukan oleh orang yang sudah terampil atau orang yang memfokuskan potensinya di dunia kerajianan anyaman. Nilai filosofis yang terkandung didalamnya adalah sebagai alat pengumpul masyarakat, dan sebagai alat perekat tali persaudaraan tanpa memandang suku,ras, dan agama.
Pembuatan kreasi dari anyaman tikar ini semakin turun peminatnya, jadi dengan ini mari kita lestarikan kembali kerajinan anyaman ini agar tidak hilang dimasyarakat.