Infoacehtimur.com, Aceh Timur – Atlet bermain atau membela di kandang lawan sering terjadi dalam setiap momentum perlombaan olahraga.
Termasuk Pekan Olahraga Pelajar Daerah (POPDA) XVII yang dibuka pada 6 Juli 2024 malam dan Pekan Olahraga Nasional (PON) yang akan datang, Jumat (28/6/2024).
Di Aceh Timur, beberapa atlet diminta menjadi bagian dari kabupaten/kota lain untuk menghadapi ajang bergengsi seperti POPDA dan PON, dan sebaliknya.
Kepala Dinas Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga (Disparpora) Aceh Timur, Syahril SSTP MAP, mengungkapkan bahwa fenomena ini memang terjadi.
BACA JUGA: BPK Cium Aroma Rasuah di Belanja Hibah Dispora untuk KONI Aceh Rp 11,2 Miliar
Menurutnya, ada oknum pelatih dan pengurus cabang olahraga (Cabor) yang tidak menjalankan tugasnya secara profesional karena pertimbangan dan kepentingan pribadi.
“Kami melihat bahwa dalam proses seleksi atlet oleh pelatih dan pengurus, terkadang tidak dilakukan dengan profesionalisme, sehingga atlet yang sebenarnya berprestasi dan mumpuni malah beralih membela kandang lawan,” ujarnya.
Syahril menambahkan bahwa meskipun atlet bermain di kandang lawan, hal ini bukanlah kesalahan dan sah menurutnya.
Namun, mengingat proses seleksi atlet yang dilakukan oleh pelatih dan pengurus Cabor, pihaknya memiliki keterbatasan dalam mengatasi situasi ini.
Ia meneruskan selama atlit itu bermain untuk Aceh, ini bukan masalah besar.
Namun, sebaiknya atlet dari Aceh Timur juga bermain di kandang sendiri.
Semua kembali pada proses awal seleksi yang harus dilakukan secara profesional dan tanpa memihak.
Selain itu, ada peserta yang menanyakan tentang kekisruhan KONI Aceh Timur beberapa waktu lalu yang berdampak cukup besar.
Syahril menambahkan bahwa dalam sebuah organisasi, konflik adalah hal yang wajar dan sering terjadi.
Namun, dalam masalah KONI, masih ada pihak-pihak yang bersitegang.
“Ini adalah hal biasa dalam organisasi olahraga dan organisasi lain, termasuk pemuda dan masyarakat. Menurut saya, masalah KONI sebaiknya diselesaikan secara kekeluargaan. Ke depan, setiap permasalahan harus dapat diselesaikan melalui musyawarah,” tegasnya.
Syahril berharap agar adik-adik mahasiswa lebih mengedepankan adat orang Aceh yang mengutamakan musyawarah daripada bersikeras antar sesama.
“Semoga ke depannya tidak ada lagi kekisruhan semacam ini dan menjadi pelajaran bagi kita semua,” tandasnya.
Sumber Artikel : SerambiNews.com
Editor : ILham