Close Menu
    info terkini

    Kapolsek Paya Bakong Raih Penghargaan Polisi Humanis di The Aceh Post Awards 2025

    July 27, 2025

    Ayah yang Berjuang untuk Keluarganya, Hilang Tanpa Kabar Sejak 2022 di Malaysia

    July 26, 2025

    Mawardi, Warga Aceh Timur Hilang Kontak Sejak 2 Bulan Terakhir di Malaysia

    July 26, 2025
    Facebook X (Twitter) Instagram
    Facebook X (Twitter) Instagram
    INFO ACEH TIMUR
    REDAKSI
    • Aceh
      • Info Utama
      • Aceh Tamiang
      • Aceh Utara
      • Kota Langsa
    • Aceh Timur
      • Breaking News
      • DPRK Aceh Timur
    • Nasional
      • Beasiswa
    • Internasional
      • Autotekno
    • Humaniora
      • Citizen
      • Opini
      • Sejarah
    • Info Loker
    • Indeks Berita
    INFO ACEH TIMUR
    • Aceh
    • Aceh Timur
    • Nasional
    • Internasional
    • Humaniora
    • Info Loker
    • Indeks Berita
    Home > Melawan Tirani Pragmatisme: Ulama Sebagai Pertahanan Politik Aceh yang Terancam
    Opini

    Melawan Tirani Pragmatisme: Ulama Sebagai Pertahanan Politik Aceh yang Terancam

    RedaksiAugust 26, 2024
    Share: WhatsApp Facebook Twitter
    Share
    WhatsApp Facebook Twitter Copy Link

    *.Oleh Khairul Amri Ismail

    Mahasiswa Program Doktor Filsafat Hukum Universitas Islam Sultan Syarif Ali (UNISSA) Brunei Darussalam.

    Di tengah panggung politik Aceh saat ini, kita menghadapi momen krusial yang lebih dari sekadar pilihan elektoral. Ini adalah pertaruhan terhadap nilai-nilai moral dan spiritual yang akan mengarahkan Aceh di masa depan. Pilihan antara merangkul ulama seperti Tu Sop atau memilih pendekatan pragmatis adalah ujian sejauh mana kita berkomitmen pada prinsip-prinsip yang telah lama menjadi inti dari identitas kita.

    Aceh, sebagai tanah yang kaya akan tradisi keislaman, memerlukan pemimpin yang tidak hanya mengerti teknis pemerintahan tetapi juga mendalam dalam nilai-nilai moral yang membentuk masyarakat kita.

    Keterlibatan ulama dalam politik bukan sekadar langkah strategis, tetapi deklarasi tegas bahwa nilai-nilai keislaman akan tetap menjadi landasan keputusan publik.

    Ini adalah jaminan bahwa kebijakan akan selaras dengan prinsip keadilan, kebijaksanaan, dan kebajikan—nilai-nilai yang merupakan tiang penyangga kehidupan kita.

    Dalam ranah filsafat politik, kekuasaan yang tidak memiliki dasar moral akan mengarah pada ketidakadilan dan penyelewengan. Ulama, dengan peran mereka sebagai penjaga moral, memainkan fungsi vital dalam memastikan bahwa kekuasaan tetap berfokus pada kepentingan bersama, bukan pada pragmatisme yang dangkal.

    Pemisahan ulama dari politik mungkin dijanjikan sebagai solusi profesionalisme, tetapi hal itu berisiko menghapus dimensi moral yang esensial. Ini adalah ancaman nyata terhadap stabilitas sosial dan kepercayaan publik yang telah lama terjaga.

    Ulama seperti Tu Sop bukan hanya membawa pengetahuan agama; mereka menghadirkan hikmah yang diperlukan untuk menghadapi tantangan politik modern. Mereka adalah penyeimbang yang memastikan bahwa kekuasaan tidak tergelincir ke dalam kesewenang-wenangan, melainkan diorientasikan untuk kebaikan bersama.

    Dalam konteks demokrasi sejati, keterlibatan ulama memastikan bahwa kebijakan tidak hanya mencerminkan kepentingan segelintir orang, tetapi aspirasi seluruh masyarakat. Ini adalah inti dari demokrasi yang berintegritas di mana setiap keputusan politik diukur dengan standar moral yang tinggi.

    Saat kita menghadapi pilihan ini, kita harus bertanya: Apakah kita akan mempertaruhkan warisan moral demi janji-janji pragmatis yang belum terbukti? Atau, apakah kita akan berdiri teguh pada nilai-nilai yang telah membimbing kita?

    Merangkul ulama seperti Tu Sop adalah lebih dari sekadar keputusan politik, ini adalah komitmen untuk menjaga agar Aceh tetap berada di jalur moral yang benar, berpandukan pada keadilan dan kebijaksanaan.

    Pilihan ini bukan hanya tentang siapa yang memimpin, tetapi tentang bagaimana Aceh akan dipimpin. Memilih untuk melibatkan ulama dalam politik adalah langkah bijak yang tidak hanya memperkuat legitimasi pemerintahan, tetapi juga memastikan bahwa Aceh terus menjadi teladan masyarakat yang berkembang secara material sekaligus spiritual.

    Ini adalah pilihan untuk mempertahankan landasan moral yang abadi, melawan pragmatisme kosong, dan memastikan bahwa nilai-nilai keislaman tetap menjadi pilar dalam setiap keputusan politik yang kita ambil.

    Opini Mahasiswa Politik Aceh
    Follow on Google News
    Highlights

    Kapolsek Paya Bakong Raih Penghargaan Polisi Humanis di The Aceh Post Awards 2025

    zakariaJuly 27, 2025

    Infoacehtimur.com, Aceh – Kapolsek Paya Bakong, IPDA Irvan, S.H., menerima penghargaan sebagai Polisi Humanis di…

    Ayah yang Berjuang untuk Keluarganya, Hilang Tanpa Kabar Sejak 2022 di Malaysia

    July 26, 2025

    Mawardi, Warga Aceh Timur Hilang Kontak Sejak 2 Bulan Terakhir di Malaysia

    July 26, 2025
    Media Sosial Kami
    • Facebook
    • YouTube
    • TikTok
    • Channel WA
    • Twitter
    • Instagram
    INFO this WEEK

    Dua Pemuda Aceh Bersinar di Akmil dan Akpol

    July 26, 2025

    Beasiswa Unggulan Dibuka, Simak Syarat dan Cara Daftarnya

    July 20, 2025

    Lagi, Kapal Motor Nelayan Aceh Timur Tenggelam di Selat Malaka, Beberapa ABK Belum Ditemukan Katanya

    July 22, 2025
    INFO ACEH TIMUR

    Portal Berita Aceh Timur dan Dunia

    Facebook Instagram YouTube WhatsApp
    • Beranda
    • Tentang Kami
    • Redaksi
    • Privacy Policy
    Terpopuler

    Bupati Aceh Timur Imbau Aparatur Gampong dan Kecamatan Tak Terbitkan Surat Tanah Sporadik

    July 13, 20256,355
    Facebook X (Twitter) Instagram Pinterest
    • Beranda
    • Tentang Kami
    • Redaksi
    • Privacy Policy
    Copyright © 2018 - 2025 PT. Info Aceh Utama.

    Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.