Infoacehtimur.com | Aceh – Fenomena bulan berwarna matahari terjadi magrib dini hari yang terlihat di daerah Aceh Besar senin 18/04/2022.
Hal ini Menurut pendapat para ahli astronomi dan penggiat ilmu falak, fenomena tersebut sering dikenal dengan istilah SYAFAK
FENOMENA SYAFAK merupakan fenomena alam harian yang disebabkan oleh rotasi bumi yang menghasilkan cahaya di ufuk sesaat sebelum matahari terbit dan setelahnya.
Secara hukum Islam, terbitnya fajar dijadikan tanda masuknya waktu salat subuh. Sedangkan jika terlihat di ufuk barat hal ini diidentikan sebagai tanda *Habisnya Waktu Sholat Magrib dan Masuknya Sholat Isya*
SYAFAQ (mega merah) memiliki makna cahaya yang berbentuk ke merah merahan berada di atas ufuk saat terbenamnya matahari
Dengan kata lain Fenomena SYAFAQ adalah keadaan langit setelah ghurub di arah barat matahari bersinar dengan cahaya, adakalanya berwarna merah, orange atau kuning yang lambat laun aneka warna ini akan hilang kecuali warna putih yang menyebar di penjuru ufuk.
Baca Juga:
- DAMPAK VAKSINASI COVID TERHADAP MENTAL SISWA SEKOLAH DASAR
- Aceh Bagi Kami Seperti Rahim Ibu
- BPS Rilis Daerah Aceh Masuk Provinsi Miskin
Adapun Waktu Magrib terbentang sampai hilang mega merah di cakrawala.
Ketika mega merah itu hilang berarti waktu Magrib telah habis dan secara otomatis masuk waktu Isya.
Jika demikian halnya, lalu apa hakikat syafaq yang menandai habisnya waktu Magrib dan masuknya waktu Isya? Ibnu Umar -raḍiyallāhu ‘anhu- mengutip hadis yang dinisbahkan kepada Rasulullah -ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam-, “Syafaq adalah mega merah.” Dengan kata lain merah yang tampak di langit pasca tenggelamnya matahari, yaitu cahayanya yang masih tersisa.
Ini adalah pendapat ahli bahasa. Ketika hilang mega merah dari cakrawala, maka habis waktu Magrib dan masuk waktu Isya. Ini adalah pendapat mayoritas ulama -rahimaḥumullāh-. Hadis ini sekaligus menafsirkan sabda Rasulullah -ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam-, “Waktu Magrib adalah ketika matahari terbenam dan selama mega merah belum hilang.”
Menentukan waktu Magrib dan Isya dengan patokan menit sangat terpengaruh dengan pergantian musim. Di sebagian musim, antara terbenamnya matahari dengan Isya terdapat rentang waktu 1 jam 15 menit, terkadang ada 1 jam 20 menit, ada pula yang 1 jam 25 menit, bahkan pernah 1 jam 30 menit, jadi tidak bisa tetap pada semua musim.
Baca Juga:
- Surat Perintah Penangkapan PM Israel Netanyahu Resmi Diumumkan ICC
- Donasi Warga untuk Calon Bupati Aceh Timur Iskandar Alfarlaky – Zainal Abidin
- Cegah Masuk Rohingya Pol Airud Aceh Timur Patroli Perairan Malam Hari
- Ribuan Pendukung Firman Dandy- Tgk Muchtar Padati Kampanye Akbar di Posko Madat Aceh Timur
- Pelanggar Syariat Islam di Banda Aceh 80% Didominasi Mahasiswa
Karenanya, sangat diperlukan adanya pemantauan mega merah di wilayah padang pasir. Orang yang memantau mega merah dan melihatnya akan bisa menentukannya dengan menit tetapi yang berlaku di negara Saudi Arabia adalah durasi 1 jam 30 menit antara terbenamnya matahari dan masuknya waktu Isya untuk kehati-hatian.
Hadis ini berstatus daif secara marfū’ (yang dinisbahkan kepada Rasulullah -ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam-), tetapi makna kandungannya sahih karena beberapa hal:
1). Bahwa hal tersebut merupakan pendapat para sahabat seperti Ibnu Umar, Abu Hurairah, Syadād bin Aus dan ‘Ubādah bin aṣ-Ṣāmit -raḍiyallāhu ‘anhum-.
2). Ini merupakan makna yang paling benar menurut ahli bahasa.
3). Hadis yang diriwayatkan oleh An-Nu’mān bin Basyīr -raḍiyallāhu ‘anhu-, ia berkata, “Aku lebih mengetahui waktu salat ini (salat Isya), Rasulullah biasa salat Isya karena hilangnya bulan tanggal tiga.” (HR. Tirmidzi dan lainnya).
Pernyataan ini menjelaskan bahwa Rasulullah -ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam- biasa salat Isya sebelum hilangnya mega putih, karena bulan pada tanggal tiga hilang sebelum hilangnya mega putih.
Ini menunjukkan bahwa arti syafaq adalah mega merah, bukan mega putih.
Ini pendapat, semoga mencerahkan dan jika ini salah semata2 karena kekurangan kami dalam mempelajari ilmu alam yang sangat multi manivestasinya.***