Aceh Utara | Jaminan kesehatan dan keamanan bagi warga negara merupakan ‘titah’ konstitusi yang harus dituntaskan oleh Pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Terlebih, Provinsi Aceh yang special sebagai daerah otonomi khusus harus sudah sepatutnya lebih mumpuni dalam menangani tingkat keamanan penduduknya, termasuk ‘aman’ dari ancaman penyakit.
Yang dihuni oleh orang-rang yang dilatih untuk memiliki rasa peduli sejak ‘diperkenalkan’ sang pencipta kepadanya, yakni perihal hablul minallah dan hablul minan naas. Orang-orang yang telah dididik untuk memiliki rasa peduli sedari diperkenalkan syariat sejak usia dini seharusnya memiliki tingkat kepedulian terhadap sesama yang lebih tinggi.
Adalah Suarti seorang janda berumur 49 tahun sedang membutuhkan jaminan layanan kesehatan dari pemerintah negara serta rasa peduli dari masyarakat penghuni bumi serambi mekkah.
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Dimas Ramadhan selaku Ketua Persatuan Mahasiswa Cot Girek diketahui Ibu Suarti berstatus janda itu menderita kanker lidah sejak 2019 dan hingga kini masih minim perhatian baik dari pemerintah maupun organisasi/lembaga non pemerintah yang bergerak disektor sosial. Beberapa tetangga lingkungan sekitar tempat tinggalnya yang meringankan beban janda penderita kanker tersebut.
Baca Juga:
- Perangkat Desa Aceh Timur Tuntut Pembayaran Siltap 2024
- DPP ABMA Deklarasi Pengurus dan Pengukuhan Untuk Kepentingan Rakyat
- Peras Warga Malaysia Capai Rp 32 Miliar di Konser, 18 Oknum Coreng Nama Institusi Polisi
- Dua Tersangka Sindikat Uang Palsu di Makasar Oknum Pegawai Bank BUMN
- 3 Penyandang Disabilitas Aceh Timur Dapat Bantuan Kursi Roda Dari Haji Maop
Suarti, ia seorang janda beranak 3 (tiga) penderita penyakit kanker lidah bertempat tinggal di Afdeling 1, Kecamatan Cot Girek, Aceh Utara. Sebelumnya ia telah berobat ke RSUD Cut Mutia Dan RS Kesrem Lhokseumawe. Namun, bersebab keterbatasan biaya perawatan dan biaya pendamping pasien maka pengobatan terhadap Suarti tidak berjalan optimal sebagaimana mestinya.
Kehidupan sehari-hari Ibu Suarti terkait biaya kebutuhan hidup bergantung pada Abangnya yang bekerja sebagai buruh kasar harian, sewaktu-waktu sang abang juga berburuh tani. Tak hanya biaya hidup Suarti seorang yang harus ‘dipikul’ Sang Abang, 3 orang anak Suarti pun harus dihidupinya.
1 dari 3 orang anak suarti telah menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) sedangkan 2 anak sisanya masih menempuh pendidikan.
Morat-marit ekonomi keluarga Suarti dan sang abang yang menanggungnya menjadi penyebab utama kendala pengobatan bagi Sarti. Dan kondisi ekonomi tersebut juga yang seharusnya menjadi pertimbangan utama bagi pemerintah dan warga aceh untuk ‘ringan tangan’ mengulurkan bantuan pengobatan kanker lidah yang telah diderita Suarti selama 3 tahun terakhir.
Kepala Desa Afdeling 1 dengan penuh prihatin turut berharap pada pemerintah agar lebih responsif menangani beban yang diderita oleh janda beranak 3 tersebut.
Dimas Ramadhan dan seluruh pengurus serta anggota Persatuan Mahasiswa Cot Girek yang tengah melibatkan diri dalam kehidupan secara terorganisir mengaku akan berusaha ‘menjemput bola’ bantuan pengobatan dari Pemerintah untuk Suarti.
Harapan akan bantuan pemerintah diungkap oleh Dimas seraya menyatakan siap mendampingi Suarti untuk menyiapkan segala kebutuhan pendataan dan pendampingan dalam mengupayakan bantuan pengobatan Suarti (49) sang janda beranak 3 yang menderita kanker lidah sejak 2019.***