
Infoacehtimur.com / Aceh – Anak usia 7 tahun di Provinsi Aceh tepatnya di Kabupaten Pidie, dinyatakan terinfeksi virus polio.
Virus polio kini menjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes), polio adalah kejadian pertama sejak Indonesia menyatakan bebas polio pada tahujn 2014.
Dikutip Kompascom, Kala itu, Indonesia mendapatkan sertifikat eradikasi polio (Indonesia bebas Polio). Hal tersebut membuat Indonesia sebenarnya sedang bergerak bersama negara di dunia yang juga sudah dinyatakan bebas polio.
Baca Juga: Selain PMK, Ratusan Sapi di Aceh Timur Mengindap Penyakit Cacar
Baca Juga: Depresi Karena Penyakit, Wanita Paruh Baya di Langsa Nekat Gantung Diri
Selain itu guna menuju eradikasi untuk benar-benar melenyapkan polio di seluruh negara.
Akan tetapi, tanpa disadari, ada ‘celah’ berupa imunisasi polio yang cenderung terus menurun tiap tahun di Indonesia.
Virus polio pun pada akhirnya kembali masuk walau sudah sempat dinyatakan hilang dari Indonesia.
Anak yang kena polio tak pernah imunisasi
Juru Bicara Kemenkes Mohammad Syahril mengatakan anak berusia 7 tahun di Kabupaten Pidie, Aceh yang terkena polio tidak pernah mendapatkan imunisasi.
“Kasus polio di Aceh sama sekali tidak pernah mendapatkan imunisasi, termasuk imunisasi polio,” ujar Syahril saat dimintai konfirmasi, Minggu (20/11/2022).
Syahril menjelaskan, jika seseorang sudah mendapat imunisasi polio lengkap, yakni 4 dosis OPV (oral) dan 1 dosis IPB (injeksi), maka orang itu akan terlindung dari penyakit polio.
Supaya masyarakat bisa terhindar dari penyakit polio, maka mereka perlu melengkapi imunisasi polionya yaitu 4 dosis OPV dan 1 dosis IPV sebelum anak tersebut berumur 1 tahun.
“Saat ini imunisasi kejar sedang digencarkan, di mana anak-anak 12-59 bulan dapat melengkapi imunisasinya,” imbuh dia.
Imunisasi polio terus menurun
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes Maxi Rein Rondonuwu menyebutkan, cakupan vaksinasi polio di Aceh menurun sejak 4 tahun terakhir dari 2019-2022.
Dia menyampaikan, penurunan akselerasi vaksin itu terjadi untuk oral polio vaccine/OPV dosis 1-4 dan inactive polio vaccine/IPV.
Khusus OPV, terjadi kecenderungan makin banyak daerah yang menurun atau berada dalam kategori merah dari tahun ke tahun.
“Itu kalau kita lihat di Aceh 4 tahun berturut-turut OPV (dosis) 1-4 kecenderungan terjadi makin banyak kabupaten/kota yang merah, apalagi untuk IPV justru memang hampir semua enggak jalan di Aceh,” kata Maxi.
Tak hanya itu, Maxi menjelaskan, cakupan imunisasi di Aceh juga menurun dalam 10 tahun terakhir, atau tepatnya sejak tahun 2013.
Kendati begitu, sudah ada kenaikan imunisasi di tahun 2022 karena peran bupati dan ketua penggerak PKK.
“Ini 4 tahun terakhir dan kalau kita potret sejak 2013 kecenderungannya turun. Di 2022 kecenderungan mudah-mudahan mulai naik. Peran Bupati mulai ada tanda-tanda untuk naik,” beberapa Maxi.
Daerah berisiko tinggi
Di level nasional, ada 30 provinsi dan 415 kabupaten/kota di Indonesia masuk kriteria berisiko tinggi (high risk) terjadinya KLB polio karena rendahnya vaksinasi.
Berdasarkan data Kemenkes, terjadi penurunan cakupan vaksin polio, baik OPV maupun IPV sejak 2 tahun terakhir.
Pada tahun 2020, cakupan vaksinasi OPV mencapai 86,8 persen, kemudian menurun pada tahun 2021 menjadi 80,2 persen. Maxi tidak memungkiri, banyak daerah dengan cakupan vaksinasi yang kurang dari 50 persen sejak tahun 2020.
“Sebelum pandemi lumayan ya, OPV sampai (vaksin) OPV 4 ada 86,8 persen, sekali pun ada yang di bawah 50 persen di Kalimantan Sumatera, Aceh sejak tahun 2020 sudah rendah, Papua paling banyak, dan Kalimantan,” tuturnya.
Sementara itu, vaksinasi IPV di tahun 2020 sebesar 37,7 persen, kemudian naik tipis di tahun 2021 hingga 66,2 persen. Di tahun-tahun ini pula, banyak daerah dengan cakupan vaksinasi rendah termasuk Aceh.
“IPV itu rendah sejak 2020 cuma 37,7 persen, hampir semua Sumatera dan Kalimantan termasuk Jawa, Sulawesi itu merah semua cakupannya di bawah 50 persen,” ungkap Maxi.
“Naik sedikit tahun 2022, tapi Aceh kita lihat masih merah, dan Papua (juga sama),” sambung Maxi.
Jadi wake up call
Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr Piprim Basarah Yanuarso mengatakan provinsi lain harus belajar dari Aceh yang sudah merasakan dampak dari menurunnya imunisasi polio.
Piprim menyebut semua provinsi di Indonesia harus bersiap lantaran virus polio bisa menyebar ke mana-mana.
“Ini harus jadi wake up call, jadi alarm. Provinsi lain harus siap loh. Ini bisa ke mana-mana loh. 2005 kan itu juga ke mana-mana kan polionya,” ujar Piprimsaat ditemui di Hotel Shangri-La, Jakarta, Minggu (20/11/2022).
“Saya kira kalau sudah ada 1 muncul, ini seluruh provinsi harus waspada dan ingatkan kembali masyarakatnya,” imbuhnya.
Baca Juga: Berawal Dari Demam, Kini Ayatul Aula Mengidap Penyakit Misterius