INFOACEHTIMUR.COM | Badan Advokasi Indonesia (B.A.I) DPC Aceh Timur meminta kepada pemerintah daerah DPRK, DPRA berserta alim ulama dan tokoh masyarakat dan pihak MIGAS atau BUMN agar bisa duduk bersama berdiskusi membahas persoalan kehidupan masyarakat yang umum nya bekerja di sumur bor tradisional.
B. A. I Aceh Timur mengharapkan pemerintah dan pihak terkait agar mencari solusi gimana kedepannya masyarakat Ranto Peureulak dan sekitarnya yang sekian lama bergantung hidup di sumur bor tradisional agar bisa bekerja sesuai dengan prosedur dari pertambangan minyak nasional.
“Kita heran kenapa masyarakat yang bekerja di sumur bor tradisional ini di larang, padahal mereka menggunakan alat dan keuangan nya masing-masing, al hasil mereka tidak pernah merugikan negara jadi mengapa harus di larang, kalau di larang hanya soal keamanan dan keselamatan seharusnya pemerintah harus cari solusi gimana dan bagaimana supaya rakyat bisa tetap bekerja dan keamanan di pertambangan terjamin”ucap razali atau nyakli.
“Yang kita lebih heran kan lagi, minyak itu ilegal tetapi kita duga ada oknum yg mengambil keuntungan seperti pungli di jalan, pungli di sumur, bahkan membuat peraturan diwajibkan setiap sumur atau drom membayar dengan sejumlah persen penghasilan, nah itu kan konyol, dah tau di haramkan kok malah di teruskan dan di mitai setoran lagi, kan aneh”, . Sambung NYAKLI kembali.
Maka dari situlah B.A.I meminta pemerintah, POLRI DAN TNI dan juga mantan GAM agar duduk bersama membahas masa depan para pekerja, supaya masyarakat dapat menjalankan aktivitas seperti biasa. Namun pemerintah beserta pihak-pihak yang terkait memberikan pengawalan dan penjagaan serta pelatihan agar hal-hal yang tak di inginkan terjadi kembali.
Salah satu anggota BAI aceh timur melakukan wawancara dengan beberapa perwakilan masyarakat yang bekerja di sumur bor tradisional tersebut. Nudir salah satu pekerja di sumur bor tradisional tersebut sangat terpukul ketika dia mendengar akan ada penyetopan lahan kerja mereka yang di mana dari situlah mereka menghidupkan keluarga nya.
“saya bg sudah bertahun-tahun kerja di situ dan di situlah saya bisa menafkahi keluarga saya, saya tidak peduli apa resiko nya yang saya pikirkan gimana keluarga saya bisa hidup, kalau seandainya lahan tersebut di tutup entah gimana nasib ribuan para pekerja di situ, belum lagi yang tersangkut hutang piutang, saya sendiri saja cukup banyak hutang sampai puluhan juta rupiah, apabila ini benar di tutup tamat lah riwayat kami pak”,.ucap NUDIR yg juga pernah mengalami musibah terbakar nya sumur bor di th 2018 silam yg sampai saat ini masih cacat mata dan tubuh akibat terbakar,saat wawancarai oleh Razali alias NYAKLI dari Badan Advokasi Indonesia.(RJ)