“Dampaknya, warga khawatir pergi ke kebun,” terangnya. Tahun 2024 lalu, desa tersebut mengalami empat kali serangan harimau yang menewaskan kambing dan sapi. “Kambing dan sapi menjadi incaran harimau,” imbuh Apriadi.
Alih Fungsi Lahan dan Pengaruhnya
Kondisi ini semakin diperburuk dengan alih fungsi lahan yang terjadi di kawasan hutan Aceh Timur
Kepala Seksi Konservasi Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Aceh, Kamarudzaman, menjelaskan bahwa jalur harimau di Aceh Timur hampir tidak ada lagi.
Baca Juga: Harimau Serang Ternak Warga Aceh Timur, 2 Sapi Tewas
“Kawasan hutan yang menjadi jalur harimau kini telah berubah menjadi lahan perkebunan, baik milik rakyat maupun perusahaan swasta. Alih fungsi hutan ini harus segera dihentikan oleh Pemerintah Aceh Timur, jika tidak, peristiwa yang sama akan terus terulang,” tegas Kamarudzaman.
Meski BKSDA dapat mengatasi insiden yang terjadi, Kamarudzaman menegaskan bahwa permasalahan ini memerlukan perhatian jangka panjang dari Pemerintah Kabupaten Aceh Timur.
Baca Juga: Gading Gajah yang Hilang di Aceh Tenggara Masih Jadi Misteri
“Jika kita temukan sapi yang tewas diterkam harimau, itu biasanya di dalam kawasan hutan, namun sudah ada aneka tumbuhan milik penduduk di dalamnya,” tambahnya.
Ke depan, solusi untuk masalah ini tidak hanya mengandalkan langkah-langkah darurat, seperti perangkap dan ritual, melainkan juga harus melibatkan pengelolaan hutan yang lebih bijaksana dan keberlanjutan kawasan konservasi agar konflik antara manusia dan harimau dapat diminimalisir.
Sumber Tulisan Kompas.com