“Bulgaria membutuhkan reformasi besar untuk mengakhiri korupsi dan membangun sistem peradilan yang independen,” kata Tsakova.
Ia juga menyinggung penangkapan Wali Kota Varna yang dipandang oposisi sebagai tindakan bermotif politik. Tsakova berharap partisipasi sipil tetap terjaga hingga pemilu berikutnya dan Gen Z mampu menjadikan aktivitas memilih sebagai gerakan massal.
Nada serupa disampaikan Rosina Pencheva, kurator seni berusia 38 tahun. Ia menilai mundurnya Zhelyazkov tidak terelakkan. “Orang-orang sudah lelah dibohongi, dan mereka tidak akan berhenti sampai pemerintah turun,” ujarnya.
Baca Juga: Akun Resmi UNHCR Dibully, Seruan Gunakan Tagar: Bubarkan UNHCR Indonesia
Baca Juga: Pria Ini Ngaku Dirinya Sebagai Nabi Klaim Diutus Tuhan Bubarkan Agama Islam
Sebuah jajak pendapat terbaru menunjukkan sekitar 70 persen warga Bulgaria mendukung gelombang protes tersebut.
Analis Bulgaria di German Marshall Fund, Dimitar Keranov, menilai bahwa protes ini pada dasarnya bukan semata soal anggaran, melainkan tentang korupsi dalam pemerintahan yang gagal melayani kepentingan publik.
Ia juga mencatat bahwa pergantian pemerintahan yang terlalu sering—tujuh kali pemilu parlemen dalam empat tahun terakhir—mencerminkan kejenuhan pemilih terhadap sistem politik yang disfungsional.
Keranov menambahkan, protes ini sekaligus menunjukkan menguatnya orientasi Bulgaria ke arah Barat, terutama di kalangan generasi muda, sejak invasi besar-besaran Rusia ke Ukraina pada 2022. “Persepsi bahwa Bulgaria ditarik antara Eropa dan Rusia tampak lebih besar daripada kenyataannya,” katanya.
Halaman Selanjutnya

