Koordinator Pusat Kajian Sejarah dan Ideologi Universitas Samudra (2/10/2022), Dr.Usman, M.Pd., dibantu dua orang tenaga mahasiswa sejarah; Lukmanul hakim dan Noval Rezal Andika serta dua orang pemandu warga Gampong Gajah Meunta Aceh Timur; Supriyadi dan Safrizal berhasil ditemukan situs sejarah peninggalan Markas Pasukan Gajah Mada dan Gua Landak di Gampong Gajah Meunta, Kecamatan Sungai Raya, Kabupaten Aceh.
Rute menuju ke lokasi tersebut diperkirakan jarak tempuh dari Jalan Negara Sungai Raya-Gajah Meunta 10 Km, dari dua rute alternatif. Pertama dari Sungai Raya-Blok 14 PT. Patria Kamoe Gajah Meunta menggunakan kenderaan empat roda. Kedua yaitu dari Blok 14, ke lokasi situs Bukit Gajah Meunta dan Gua Landak, dengan berjalan kaki dalam areal hutan semak belukar serta melewati 7 (tujuh) perbukitan sejauh 4 Km.
Sekalipun rutenya naik turun perbukitan, tetapi kami antusias sambil melihat pemandangan yang indah dalam melewati perjalanan ke Bukit Gajah Meunta dan Gua Landak. Pada bukit ke tiga menemukan simpang tiga. Jalam belok ke kiri tembus ke Damar Putih-Birem Bayeuen. Jalan ke belekang ke blok 14, masih dalam areal perkebunan PT. Patria Kamoe.
Terus rute ke depan menuju ke Bukit Gajah Meunta dan Gua Landak, namun masih melewati lima perbukitan sambil berjalan kaki dari hutan semak belukat serta menyaksikan berbagai jenis tumbuhan, seperti pohon medang ara, jati (sisa pohon yang ditanam zaman Belanda dulu), hagu, waru dan sawit.
Setelah menempuh selama 1,1/2 jam lamanya dan baru sampai ke lokasi Bukit Gajah Meunta dan Gua Landak, melalui rute jalan kaki dan mengarungi hutan semak belukar yang sangat melelahkan dari persimpangan blok 14 PT. Patria Kamoe menuju lokasi bekas banteng pertahanan Patih Gajah Mada yang sudah berusia 672 tahun silam (1350-2022 M).
Keberadaan lokasinya dikawasan perbukitan dan perkebunan PT. Patria Kamoe, dengan menelusuri dan mengikuti jejak historis yaitu tatkala pasukan Mojopahit di bawah pimpinan Patih Gajah Mada pada abad ke-14 M, menyerang Kerajaan Islam Samudra Pasai, tetapi sebelum sampai ke Samudra sudah dihadang oleh tentara Islam Kerajaan Peureulak.
Makanya, pasukan Gajah Mada mengalami gagal di laut pesisir Sungai Raya waktu itu. Tetapi cita-citanya masih tujuan utamanya adalah mempersatukan dan menjadi bagian dari wilayah Nusantara dibawah Mojopahit.
Sembarari itu, Gajah Mada mengatur siasat atau strateginya akan menyerang Samudra kembali yaitu memperkuat pasukan angkatan laut dan darat.
Patih Gajah Mada, lalu mendarat sebagian dari tentaranya ke lokasi-lokasi yang aman (sunyi) disekitar perkampungan yang terdekat dengan banteng pertahanan Kerajaan Islam Samudra Pasai. Kemudian, dipilihlah pada satu lokasi yang kosong penjagaan didaratkan tentara-tentaranya. Lokasi itu namanya “Sungai Raya”. Di situlah Patih Gajah Mada mendirikan banteng-benteng di atas sebuah bukit, dan lokasi itu disebut “Bukit Jawa” oleh penduduknya.
Setelah itu, Patih Gajah Mada terus masuk ke arah pendalamannya dan pada sebuah bukit bagian selatan dari “Sungai Raya” dan mendirikan banteng untuk ditempatinya sendiri dengan tentara-tentara pengawalnya yang tangguh. Bukit lokasi bekas benteng Patih Gajah itu berdiri sampai sekarang oleh penduduk di sana disebut nama “Gajah Meunta” dalam logat Bahasa Aceh yaitu berasal dari perkataan Gajah Mada.
Lakasi banteng pertahanan Gajah Mada itu, dari hasil penelitiannya bahwa kawasan bekasnya sudah menjadi areal perkebunan sawit milik PT. Patria Kamoe dan ditumbuhi hutan semak belukat dan sebagian kecil perkampungan penduduk sekitar 237 Kepala keluarga (KK). Tetapi jalannya masih batu-batuan dan rusak, harapan pak Geuchik Gampong Gajah Meunta bahwa pemerintah setempat memperhatikan gampong tersebut.
Selain bukit Gajah Meunta, ditemukan juga sebuah Gua Landak pada lokasi bukit Gajah Meunta tersebut. Gua ini menemukan bahwa di dalamnya ada terdengar binatang Landak serta lubangnya bersih da nada bekas kaki cakarnya.
Bahkan ditemukan disekitar Gua Landak yaitu bekas batu-batuan pecahan dari banteng pertahanan pasukan militer Jepang sebagai lokasi perlindungan dari serangan Tentara Sekutu sewaktu perang dunia ke dua tahun 1945.
Batu di Gua Landak persis sama dengan batu-batuan perintisan lapangan terbanag di Blang Putek, di Pidie. Di perkirakan juga bahwa Antara pendalaman Sungai Raya, Peureulak hingga Idi masih ada sisa-sisa peninggalan amunisi atau granat pendudukan Jepang dilokasi tersebut.
Sekian dari Dr. Usman, M.Pd.,