Saat berada di ruang Ketua DPRK Aceh Timur, Ketua DPRK Aceh Timur, Fattah Fikri, dan Anggota DPRK M Yahya, meminta tanggapan Direktur RSUD Graha Bunda, Azizawaty, dan dokter spesialias anak yang menangani pasien tersebut dr Fakhrul, terkait benar atau tidak informasi tabung oksigen yang dipasangkan ke si bayi saat perjalanan rujuk rusak dan kosong.
Infoacehtimur.com | Aceh Timur – Ketua DPRK Aceh Timur, Fattah Fikri, memanggil Direktur RSUD Graha Bunda, Aceh Timur, Azizawaty, terkait viralnya berita seorang bayi meninggal dunia dalam perjalanan rujuk ke RS Ibu dan Anak Banda Aceh, Minggu (24/4/2022).
Dalam video yang diterima Serambinews.com, sebelumnya, Muksalmina ayah bayi yang meninggal tersebut sangat menyesalkan pelayanan rumah sakit RSUD Graha Bunda.

Menurutnya, oksigen yang dipasangkan ke bayinya dalam perjalanan rujuk ke Banda Aceh, kosong dan rusak.

Sehingga bayinya meninggal dunia dalam perjalanan setiba di wilayah Lhokseumawe.
“Perjalanan dari Idi sampai Bagok, Kecamatan Nurussalam oksigen habis. Lalu satu lagi rusak tak mau hidup. Jadi dalam perjalanan rujuk sampai ke Lhokseumawe saja sudah tiga kali oksigen rusak, sehingga bayi saya meninggal dunia dalam perjalanan,” ungkap Muksalmina, dalam tayangan video yang diterima Serambinews.com, saat ia tiba di RSUD Graha Bunda setelah bayinya meninggal.
“Seharusnya petugas yang pasang oksigen ini harus teliti, sopirnya tidak salah, yang salah petugas yang memasang oksigen ini tidak teliti. Aturan sampaikan saja jika oksigen yang dipasang ini oksigen rusak, sehingga kita bisa pergi ke rumah sakit lain,” ungkap Muksalmina.
Muksalmina mengakui, sebelumnya pihak rumah sakit sudah menyarankan agar bayinya dirujuk ke Banda Aceh, pada Sabtu, karena bayinya saat lahir sudah terminum air ketuban ibunya.
Baca juga: Fachrul Razi Sentil RS Graha Bunda Aceh Timur Terkait Bayi yang Meninggal
“Tapi keluarga saat itu, masih menahan agar tidak dirujuk, karena kondisi bayi sehat, bertenaga, tapi sesekali sesak napas dan dirujuk ke Banda Aceh, Minggu sore sekitar pukul 15.00 WIB,” jelas Muksalmina.
Dipanggil DPRK
Saat berada di ruang Ketua DPRK Aceh Timur, Ketua DPRK Aceh Timur, Fattah Fikri, dan Anggota DPRK M Yahya, meminta tanggapan Direktur RSUD Graha Bunda, Azizawaty, dan dokter spesialias anak yang menangani pasien tersebut dr Fakhrul, terkait benar atau tidak informasi tabung oksigen yang dipasangkan ke si bayi saat perjalanan rujuk rusak dan kosong.
Hadir dalam dalam pertemuan itu, Ketua DPRK Aceh Timur, Fattah Fikri, Wakil Ketua DPRK Muhammad Nur, dan Tgk Muhammad Adam, dan sejumlah anggota DPRK M Yahya, Elma, Ibrahim alias Panglima Odon, Junaidi, Ketua Yayasan Advokasi Rakyat Aceh (YARA) Safaruddin SH, Kabid Pelayanan Dinkes Aceh Timur, Muliani, dan dokter spesialis anak yang menangani persalinan si bayi waktu di RSUD Graha Bunda dr Fakhrul.
Tanggapan Direktur Graha Bunda Bunda
Direktur RSUD Graha Bunda, Azizawaty, di hadapan para DPRK, dan Ketua YARA, mengatakan saat bayi dirujuk menggunakan ambulans bayi tersebut menggunakan jackson rees yang disambungkan ke oksigen.
Di dalam ambulans tersebut ada oksigen terisi 500 dan ada satu lagi oksigen juga terisi, sedangkan regulatornya ada di dalam ambulans tersebut.
“Jadi ketika oksigen dalam ambulans habis, maka langsung digantikan ke regulator lainnya yang ada di dalam ambulans,” ungkap Direktur.
Dalam perjalanan rujukan, jelas Direktur, alat jackson rees yang terpasang pada bayi sempat berhenti (ada knop yang menyatakan alat tidak berfungsi) .
“Pihak keluarga pasien menyatakan alat tersebut rusak, yang sebenarnya apabila jackson rees ini tidak naik turun (tidak berfungsi) maka bayinya yang berhenti bernapas. Jadi bukan alatnya yang rusak, tapi bayi tersebut yang berhenti bernapas, dan saat bayi tersebut berhenti bernafas, petugas kita menggunakan alat yang memijat sendiri bayi tersebut, beberapa detik kemudian bayi tersebut normal kembali, inilah yang dilakukan petugas di dalam ambulans yang dinyatakan pihak keluarga alat tersebut rusak,” jelas Direktur.
Lalu saat hendak melewati Jalan Elak di Lhokseumwe, jelas Direktur, bayi diperkirakan tak sanggup bertahan menuju Banda Aceh.
Sehingga bayi dibawa ke RSUD Cut Mutia, yang mana saat itu bayi tetap menggunakan Jackson rees.
“Begitu masuk ke RSUD Cut Mutia, lalu diperiksa oleh dokter IGD dan dinyatakan bayi tersebut sudah meninggal dunia. Jadi bukan alatnya yang rusak, dan bukan oksigen kosong, tapi alat itu berhenti karena bayinya tidak bernapas lagi,” jelas Direktur.
Baca juga: Terkait Kematian Bayi Saat Rujukan, Komis V DPRA Minta RS Bertanggung Jawab
Tanggapan Dokter Spesialis Anak
Dr Fakhrul, dokter spesialis anak yang menangani bayi yang meninggal dunia dalan perjalanan rujukan mengatakan, bayi tersebut lahir Sabtu (23/4/2022) sekitar pukul 02.15 WIB.
“Bayi tersebut lahir dalam keadaan tidak sehat (bayi lahir sudah lewat bulan). Bayi tersebut lahir dengan kondisi air ketuban tidak jernih dan sudah bercampur mekonium. Mekonium ini normalnya ke luar saat bayi lahir, tapi bayi ini mekoniumnya sudah ke luar di dalam kandungan. Artinya, air ketubannya sudah bercampur dengan feses bayi dan bisa masuk ke dalam saluran pernapasan bayi. Sehingga saat bayi lahir tidak segera menangis, melainkan sesak napas dengan kondisi tali pusat sudah layu dan badannya kehijauan karena campuran air mekonium yang melumuri kulitnya,” jelas dr Fakhrul.
Begitu bayi lahir, ungkap dr Fakhrul, diberikan pertolongan medis untuk mencukupi oksigenasi jaringan pada si bayi, dan setelah dibantu saturasi oksigennya normal berada di angka 90 persen ke atas.
“Kemudian kita jelaskan kepada pihak keluarga bahwa kondisi bayi dalam keadaan sesak napas berat. Apabila 6-8 jam tidak direspon dengan terapi yang kita berikan, saya merencanakan merujuk bayi tersebut ke rumah sakit yang memiliki fasilitas fasilitas ventilator untuk bayi baru lahir dengan sesak napas berat, dimana alat tersebut tidak ada di RSUD Graha Bunda, dan hanya ada di RSUD Zainol Abidin Banda Aceh, dan RS Ibu dan Anak Banda Aceh,” jelas dr Dokter Fakhrul.
Dokter Fakhrul mengaku, setelah ia menjelaskan kondisi klinis bayi kepada pihak keluarga, lalu pihak keluarga menyarankan untuk diobservasi.
“Lalu, saya sampaikan kepada pihak keluarga harusnya bayi dirujuk pada jam 10 malam karena saturasi oksigen si bayi tidak stabil. Saya sampaikan pasien harus segera dirujuk, karena apabila dibiarkan sesak terlalu berat, maka dia menggunakan otot bantu napas, karena kadar oksigen di tubuh tidak mencukupi,” jelas dokter Fakhrul.
Disela-sela dr Fakhrul menjelaskan kondisi klinis si bayi, Anggota DPRK M Yahya, kembali menanyakan kepada dr Fakhrul, benar atau tidak video beredar yang menyebutkan oksigen dalam ambulans rusak dan kosong.
“Itu tidak benar. Karena, sekembalinya si bayi ke rumah sakit, saya melihat kondisi bayi, dan saya sambungkan alat jackson ress ke oksigen dan oksigennya berfungsi dengan baik yang mana saat itu juga disaksikan oleh keluarga, dan sejumlah awak media,” jelas dr Fakhrul.
Dr Fakhrul menjelaskan, jadwal rujukan yang tertunda memiliki efek samping yang berat terhadap pasien.
“Dari jam 10 malam saya minta dirujuk, saya sudah mengedukasi untuk menyakinkan keluarga sekitar 2 jam bahwa keadaan bayi membutuhkan pertolongan pemakaian mesin di atasnya. Lalu keluarga menelepon keluarga lainnya meminta izin dan tidak diizinkan dirujuk, dan minta tunggu hingga Hari Senin. Saya bilang nggak bisa karena keadaan pasien gawat. Saya sudah memperlakukan pasien tersebut seperti saya ingin diperlakukan oleh orang lain. Anak bapak itu anak saya juga saya sampaikan. Hingga akhirnya, si bapak menandatangi surat menolak dirujuk karena pertimbangan dari keluarga. Dan saat itu, saya sampaikan hal itu bisa menyebabkan si bayi cidera di kepala, paru, jantung, ginjal, sehingga bisa sewaktu-waktu pasiennya berhenti bernafpas, itu sudah saya jelaskan kepada keluarga pasien,” jelas dr Fakhrul.
Esok paginya, ungkap dr Fakhrul, ia kembali melakukan visit terhadap si bayi, dan kondisi saturasi oksigen si bayi saat itu terus menurun.
“Lalu saya sampaikan lagi ini tidak bisa dibiarkan, hal ini ancamannya nyawa kalau kita tidak segera tindakan yang lebih untuk anak ini. Setelah berunding baru jam 8.00 WIB, baru ada keputusan dari dari keluarga untuk dirujuk ke RS Ibu dan Anak di Banda Aceh, dan keadaan si bayi saat dirujuk sudah tidak stabil, dan saturasi oksigennya tidak sampai 80 persen yang mana ini bisa menyebabkan terhenti napas dan jantung sewaktu-waktu. Dan menurut keilmuan kami dokter spesialis anak, rujukan itu sudah sangat terlambat,” ungkap Dr Fakhrul.
Sementara itu, Ketua DPRK Aceh Timur, Fattah Fikri mengatakan pemanggilan Direktur RSUD Graha Bunda, dan dokter spesialias anak itu untuk mengklarifikasi informasi sebenarnya, terkait informasi yang baru diterima sepihak terkait kerusakan tabung oksigen dan kosong.
“Tujuan kita ingin mengklarifikasi informasi yang sebenarnya, supaya ada suatu kejelasan dan solusi,” ungkap Fattah Fikri.
Fattah Fikri berharap ke depan rumah sakit yang ada di Aceh Timur, untuk terus meningkatkan pelayanan dan memberikan pelayan terbaik kepada masyarakat Aceh Timur.
Sementara itu, Ketua YARA Safaruddin SH, berharap setiap kabupaten kota di Aceh harus ada rumah sakit yang memiliki ventilator.
Karena jika hanya ada pada rumah sakit tipa A dan B khusus yang ada di Banda Aceh, maka sangat jauh perjalanan rujukan.
Kasus serupa bisa terjadi di semua kabupaten kota di Aceh.
“Jadi pemerintah kabupaten/kota setempat harus meng-upgrade rumah sakitnya, yaitu harus memiliki fasilitas ventilator,” ujar Safaruddin. (*)
Baca juga: Gawat Diduga Pasang Oksigen Rusak, Bayi dari RS Graha Bunda Meninggal Dunia Saat Dirujuk
Sumber: Serambi Indonesia | Penulis: Seni Hendri | Editor: Nurul Hayati