“Subhanallah!!!! Pria ini tetap meneruskan sholatnya walaupun dalam kondisi dibakar.”
Itulah judul berita yang banyak berseliweran di blog-blog internet dan jejaring sosial. Foto seorang pria yang tubuhnya terbakar diklaim “Pria ini dibakar saat sedang sholat”.
Apa yang benar?
Foto seorang pria dengan kondisi tubuh dijilat api banyak beredar di internet dengan narasi menyayat hati mengatakan bahwa ia masih tetap melanjutkan sholat walau tubuhnya dibakar. Foto itu dimanfaatkan untuk menarik simpatik mengatasnamakan agama, kebanyakan disebarkan para pengemis like.
Foto ini juga banyak disalahgunakan di berbagai negara mewakili berbagai peristiwa berbeda. Selama beberapa tahun semenjak foto ini diabadikan, pencarian Gambar Google menampilkan ratusan situs web dan blog memposting gambar itu dengan konten berita dari kejadian berbeda.
Sebagai contoh, blog Senegal ini menggunakan foto tersebut untuk mengilustrasikan berita “pengrajin sepatu bakar diri”. Di negara yang sama, foto ini diklaim pria dibakar istrinya karena tertangkap basah sedang selingkuh. Cerita lain mengatakan bahwa pria ini dibakar istrinya karena tidak memberikan sandi ponselnya.
Pria tersebut faktanya adalah korban kekerasan “Xenophobia” yang melanda Afrika Selatan pada Mei 2008. Ernesto Alfabeto Nhamuave, warga Mozambik, ia salah satu korban amukan massa di kota Ramaphosa, Afrika Selatan, saat terjadi tragedi xenophobia 2008.
Ketika kebenaran foto ini terungkap, kesalahan masih saja terjadi. Banyak komentar mengatakan polisi sengaja membiarkan Nhamuave terbakar, bahkan polisi dituduh sebagai pelaku pembakaran Nhamuave. Kenyataannya polisi mencoba membantu Nhamuave yang masih dalam kondisi hidup dengan mencoba memadamkan api di tubuhnya walaupun terlambat.
Foto Nhamuave banyak terpampang di surat kabar seluruh dunia karena saat itu identitasnya belum diketahui, dengan deskripsi perlakuan barbar dari kekerasan terhadap orang asing. Saat itu Nhamuave datang ke Afrika Selatan untuk mencari pekerjaan untuk menghidupi keluarganya yang miskin, tetapi ia terjebak dalam kekerasan xenophobia yang melanda negara itu dan merenggut nyawa 62 orang.
Dia dibunuh oleh sekelompok orang yang mengamuk di kota Ramaphosa di Rand Timur, tubuhnya terbakar tanpa bisa dikenali. Masyarakat mengenalnya sebagai ‘the burning man‘, butuh waktu dua minggu jasadnya bisa dikenali.
Aksi kekerasan xenophobia di Afrika Selatan mengincar orang asing, warga Afrika Selatan yang anti orang asing memburu warga nonpribumi untuk dibunuh. Xenophobia di Afrika Selatan merupakan warisan politik apartheid, politik ini menekankan sistem pengasingan wilayah dan pemisahan ras.
Baca Juga:
- Peras Warga Malaysia Capai Rp 32 Miliar di Konser, 18 Oknum Coreng Nama Institusi Polisi
- Dua Tersangka Sindikat Uang Palsu di Makasar Oknum Pegawai Bank BUMN
- 3 Penyandang Disabilitas Aceh Timur Dapat Bantuan Kursi Roda Dari Haji Maop
- Pilkada Berlangsung Sukses, Ferry Munandar: Semua Pihak Patut Diapresiasi
- Pokir Elit Ganti Kaca Sulit! Bus Sekretariat DPRK Aceh Timur Ancam Keselamatan
Apartheid adalah sistem pemisahan ras yang diterapkan oleh pemerintah kulit putih di Afrika Selatan dari sekitar awal abad ke-20 hingga tahun 1990-an. Hukum apartheid dicanangkan pertama kali di Afrika Selatan dalam pemerintahan Britania yang saat itu menguasai Afsel.
Undang-undang apartheid mulai dihapus secara perlahan-lahan dan pemilu tanpa diskriminasi yang pertama diadakan pada tahun 1994. Setelah kekuasaan mayoritas pada 1994, tidak sesuai dengan harapan, aksi xenophobia malah semakin meningkat, puncaknya pada Mei 2008 dengan 62 orang menjadi korban tewas, salah satunya Ernesto Alfabeto Nhamuave.
Xenophobia adalah rasa takut yang tidak masuk akal, ketidakpercayaan, atau kebencian terhadap orang asing, atau apa yang dirasakan sebagai asing atau berbeda. Xenophobia di Afrika Selatan menyerang masyarakat yang tidak dianggap sebagai bagian dari masyarakat tersebut, seringkali mereka adalah imigran. Bentuk xenophobia dapat menimbulkan atau memfasilitasi reaksi bermusuhan dan kekerasan, seperti pengusiran massa imigran, pogrom atau dalam kasus lain, genosida.
Salam Icokes. Sekoci Hoaxes!
Referensi:
Facing up to the unfamiliar – IOL
Internet boasts false images of xenophobic violence in South Africa – The Observers France24
Xenophobia in South Africa – Wikipedia
Many gruesome online pics unrelated to current xenophobic violence in SA – Africa Check
ANALYSIS: Genocide Watch thin on transparency and methodology – Africa Check