Di tengah kesederhanaan dan kekurangan, Faridah menjalani hidup dengan penuh kesabaran. Gubuk kecil yang menjadi tempat tinggalnya, tak lebih dari 5 meter persegi, dengan dinding triplek tipis dan seng bekas, menjadi saksi bisu atas perjuangannya.
Desa Seumanah Jaya Krueng Tuan, Kecamatan Rantoe Panjang, Peureulak, menjadi tempat Faridah menjalani hidup yang sederhana. Ia telah menjadi janda (cerai mati) dengan satu anak yatim lelaki yang masih bersekolah, berusia sekitar 16 tahun.

Faridah, kini telah berusia sekitar 50 tahun, telah menjalani hidup dengan penuh kesulitan. Namun, ia tidak pernah menyerah. Dengan hati yang tabah dan kesabaran yang tak terbatas, ia terus berjuang untuk memberikan kehidupan yang lebih baik bagi anaknya.
Setiap hari, Faridah bangun pagi-pagi untuk membuat kue tradisional kue dodol Aceh yang ia jual atau titipkan di toko atau kios-kios terdekat rumahnya. Ia berharap bahwa dengan kerja kerasnya, anaknya dapat memiliki masa depan yang lebih cerah.
Namun, kenangan akan suaminya yang telah pergi 3 tahun lalu masih menghantui Faridah. Semuanya terasa aman dan nyaman di rumahnya saat suaminya masih ada. Namun, itu semua hilang sejak suaminya telah tiada.

Dulu, keluarga ini tinggal agak jauh dari pemukiman, namun setelah suaminya meninggal, mereka pindah ke depan atau dekat pemukiman yang agak dekat dengan keramaian dan menumpang di tanah orang.
Faridah berharap bahwa dengan perubahan ini, anaknya dapat memiliki kehidupan yang lebih baik.
Gubuk kecil itu, yang terlihat hancur dan tidak layak huni, menjadi tempat yang hangat dan penuh kasih bagi Faridah dan anaknya.
Di sana, mereka berbagi cerita, berbagi makanan, dan berbagi kasih sayang. Faridah berharap bahwa anaknya dapat memiliki kehidupan yang lebih baik, dan bahwa ia dapat melihat anaknya menjadi orang yang sukses.



