Infoacehtimur.com, Aceh – Sepanjang 20 tahun terakhir, dari 2004 hingga 2024, Dinas Kesehatan Aceh mencatat total 1.735 kasus HIV/AIDS di Provinsi Aceh.
Angka ini terus menunjukkan tren peningkatan, dengan lonjakan tertinggi tercatat pada tahun 2024, menandai puncak penyebaran selama dua dekade terakhir.
Sepanjang priode tersebut, Dinas Kesehatan Aceh juga mencatat jumlah orang meninggal akibat HIV/AIDS di Aceh menyentuh hampir 500 orang pasien.
Hal tersebut diungkapkan Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Aceh, dr. Iman Murahman, dalam wawancara bersama RRI, Selasa (14/1/2025).
BACA JUGA: Dinkes Aceh Sebut Kasus TBC Sentuh Angka 12.656
BACA JUGA: Aceh Darurat HIV/AIDS, Gay Jadi Kelompok Penularan Tertinggi
“Jika kita tambahkan dengan data manual, jumlah kematian sebenarnya hampir mencapai 500. Ada juga pasien yang hilang dari pantauan (lost to follow up), yang kemungkinan sudah meninggal dunia,” katanya.
Iman merincikan, Kota Banda Aceh mencatatkan jumlah kasus kematian tertinggi, yakni 100 kasus, diikuti oleh Langsa dengan 74 kasus, dan Aceh Utara dengan 40 kasus. Kata Iman, tingginya angka di tiga wilayah ini disebabkan oleh adanya fasilitas layanan HIV sejak awal di wilayah tersebut, seperti di Rumah Sakit Zainoel Abidin (RSZA) Banda Aceh, Rumah Sakit Langsa, dan Rumah Sakit Cut Meutia Aceh Utara.
“Ketiga tempat ini adalah pusat layanan HIV yang pertama di Aceh. Karena itulah, kasus yang terdeteksi di sini lebih tinggi dibandingkan daerah lainnya,” beber dr. Iman.
Iman menambahkan, dalam kurun waktu 20 tahun terakhir, kasus HIV/AIDS di Aceh terus meningkat dan kenaikan drastis terjadi pada tahun 2021 dengan jumlah 181 kasus, tahun 2022 terdapat 277 kasus, 2023 tercatat 309 kasus dan tahun 2024 tercatat 348 kasus.
Iman menyebutkan, sepanjang tahun 2024, 109.645 orang di Aceh telah menjalani tes HIV. Dari jumlah tersebut, sebanyak 348 orang dinyatakan positif terinfeksi HIV.
Kota Banda Aceh mencatat jumlah kasus HIV tertinggi, yaitu 752 kasus, diikuti oleh Aceh Utara dengan 184 kasus, Banda Aceh dengan 179 kasus, dan Aceh Besar dengan 156 kasus.
Menurut dr. Iman, tingginya angka di Banda Aceh disebabkan oleh fasilitas layanan kesehatan yang lebih lengkap, sehingga deteksi kasus lebih maksimal dibandingkan wilayah lain.
“Banda Aceh memiliki layanan kesehatan yang lebih baik dan lengkap. Dengan fasilitas yang memadai, maka proses deteksi dini kasus HIV lebih optimal,” paparnya.
Dinas Kesehatan Aceh terus berupaya memperkuat langkah pencegahan dan penanganan HIV melalui program edukasi, konseling, serta layanan tes HIV di sejumlah fasilitas kesehatan.
“Kami mendorong masyarakat yang memiliki faktor risiko untuk segera melakukan tes HIV di fasilitas layanan kesehatan terdekat. Deteksi dini sangat penting agar pasien bisa segera mendapatkan pengobatan yang tepat,” tutup dr. Iman.
Saat ini, pemerintah provinsi bersama dengan berbagai pihak terus berupaya untuk mengurangi angka kasus HIV di Aceh, dengan fokus pada edukasi dan akses pengobatan yang merata di seluruh wilayah provinsi.***
Editor: Ilham
Sumber: RRI.co.id