Infoacehtimur.com, Nasional – Pengadilan Negeri Medan, jaksa penuntut dari Kejaksaan Negeri Medan menuntut hukuman mati bagi Hanisah alias Nisa (39), yang dikenal sebagai “Ratu Narkoba” dari Aceh, selama persidangan yang diadakan di ruang Cakra V, pada Senin (29/4/2024).
JPU membacakan tuntutan di hadapan majelis hakim yang diketuai Abdul Hadi Nasution, meminta agar majelis hakim menjatuhkan hukuman kepada terdakwa Hanisah alias Nisa pidana mati.
Tuntutan serupa juga diajukan terhadap lima terdakwa lainnya dalam kasus yang sama, yang mencakup Hamzah alias Andah Bin Zakaria (31) warga Sawang, Aceh Utara.
Al Riza alias Riza Amir Aziz (29) warga Kecamatan Kutablang, Kabupaten Bireuen, Provinsi Aceh, Mustafa alias Pak Muis (55) warga Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan.
BACA JUGA: Bandar 70 Kilogram Sabu dan Puluhan Ribu Butir Ekstasi asal Aceh Dibekuk di Medan
BACA JUGA: 2 Terpidana Mati Kasus Narkoba 1,2 Ton Sabu Aceh dari Jakarta Dipindahkan ke Lapas Nusakambangan
Kemudian Nasrullah alias Nasrul Bin Yunus (33) warga Dusun Bungong, Kabupaten Bireuen, dan Maimun alias Bang Mun (54) warga Kecamatan Peusangan, Kabupaten Bireuen.
Jaksa yang mengajukan tuntutan ini adalah Rizkie Andriani Harahap dan Tommy Eko Pradityo, dengan persidangan dipimpin oleh Abdul Hadi Nasution.
JPU menilai perbuatan keenam terdakwa terbukti bersalah melanggar Pasal 114 ayat (2) Jo Pasal 132 ayat (1) UU RI Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, seperti dikutip Infoacehtimur.com, melalui CNN Indonesia, Selasa (30/4/2024).
Dalam Pasal tersebut yakni melakukan permufakatan jahat tanpa hak atau melawan hukum menawarkan untuk dijual, menjual, membeli, menerima, menjadi perantara dalam jual beli, menukar, atau menyerahkan Narkotika Golongan I dalam bentuk bukan tanaman yang beratnya melebihi 5 gram, dengan barang bukti seberat 52,5 kg sabu dan 323.822 butir ekstasi.
“Adapun hal yang memberatkan perbuatan para terdakwa tidak mendukung program pemerintah dalam pemberantasan narkoba, berbelit-belit memberikan keterangan dalam persidangan. Sementara hal yang meringankan tidak ditemukan,” tegas JPU.
Usai mendengarkan pembacaan tuntutan, majelis hakim menunda persidangan pekan depan dengan agenda nota pembelaan (pleidoi) dari para terdakwa maupun penasehat hukumnya.
Mengutip dakwaan JPU, kasus bermula pada 22 Oktober 2022, terdakwa Hanisah bersama dengan Maimun alias Bang Mun, Salman (DPO) dan Erul (DPO) bertemu di Malaysia untuk membicarakan jual beli sabu dan ekstasi.
Kemudian, bisnis barang haram itu berlanjut di Kota Medan. Petugas Badan Narkotika Nasional (BNN) yang mencium transaksi narkoba itu melakukan penyelidikan.
Belakangan petugas BNN melakukan penggeledahan terhadap sebuah ruko depan Pasar Sunggal, Kota Medan.
Terdakwa Hanisah bersama kelima terdakwa lainnya diamankan petugas BNN RI pada 8 Agustus 2023 di tempat yang berbeda. Dari penggeledahan itu, BNN berhasil mengamankan barang bukti narkotika jenis sabu seberat 52.520 gram (52 kg) dan 323.822 butir ekstasi.
Selain narkotika, BNN juga mengamankan 1 unit mobil yang juga berada di dalam ruko dan rencananya akan digunakan sebagai alat atau sarana mengangkut dan membawa sabu serta pil ekstasi tersebut.***