Infoacehtimur.com, Banda Aceh – Akademisi Universitas Syiah Kuala (USK) Banda Aceh Aryos Nivada memberi penilaian terkait sosok yang mampu menyelesaikan problematika di Aceh.
Ia memberi catatan bahwa Provinsi Aceh selalu berhasil ketika dipimpin akademisi, seperti Ibrahim Hasan (peridoe 1986-1993) dan Syamsuddin Mahmud (1993-2000).
“Menurut perspektif subjekvitas saya, Aceh selalu berhasil ketika dipimpin akademisi. Baik Ibrahim Hasan, Syamsuddin Mahmud,” kata Aryos.
Hal itu disampaikan pada diskusi publik dengan tema ‘Siapa sosok Gubernur Aceh ke depan?’ yang digagas Lembaga Aceh Resource & Development (ARD) di Morden Cafe, Banda Aceh, Kamis (25/4/2024).
Baca juga: ARPA Aceh Usulkan PJ Gubernur Aceh ‘Background’ Akademisi
Baca juga: Melihat Lebih Dekat, Sosok Firman Dandy Dimata Pengurus Cabor
Diskusi yang dipandu Akmal Abzal juga menghadirkan Redaktur Serambi Indonesia, Yocerizal, akademisi UIN Ar Raniry, Reza Idria, akademisi Unimal Teuku Kemal Pasya.
Dari sejumlah tokoh politik Aceh, baru Ketua DPP Partai Aceh (PA) Muzakir Manaf alias Mualem yang sudah serius menyatakan maju sebagai calon gubernur pada Pilkada 2024.
“Nah yang ingin saya tegaskan, bukan berarti Mualem tidak punya kompeten bagi saya. Tapi kemampuan yang harus dibangun itu ada tidak dalam diri Mualem?” sambung dia.
Baca juga: Dr Firman Dandy SE MSi Terima Penghargaan Sebagai Sosok Inspiratif Peduli Kemajuan Daerah
Baca juga: Eks Panglima GAM Kembali Diusung Jadi Calon Gubernur Aceh di Pilkada 2024
Pendiri Jaringan Survey Inisiatif (JSI) ini mengaku tidak ada kilafiah dan keraguan bahwa elektabilitas dan kapabilitas Mualem sebagai calon gubernur Aceh sudah mengakar.
“Tapi ia memiliki kriteria untuk (menyelesaikan) kompleksitas masalah yang ada di Aceh. Ini menjadi jawaban yang harus kita jawab bersama,” ungkap dia.
Menurut Aryos, pemimpin Aceh ke depan harus memiliki kemampuan menjaga stabilitas politik, keamanan, dan bisa membangun hubungan yang baik dengan pemerintah pusat.
“Berbicara kriteria, sosok yang dibutuh Aceh adalah yang memahami (kondisi Aceh), mengayomi (rakyat), juga harus bisa menjembatani lintas kepentingan,” imbuhnya.
Sumber: Serambi news