Infoacehtimur.com | Internasional – Departemen Luar Negeri Amerika Serikat sering mengatakan bahwa “tidak ada prioritas yang lebih tinggi daripada keselamatan dan keamanan warga AS di luar negeri”.
Tetapi pada Rabu (11/5/2022) pagi waktu setempat, jurnalis Al Jazeera Shireen Abu Akleh menjadi orang Amerika kedua tahun ini yang dibunuh oleh Israel. Kendati berdarah Palestina, Abu Akleh memiliki kewarganegaraan AS.
Jurnalis Al Jazeera ditembak mati pasukan Israel saat melakukan tugasnya meliput serangan di Tepi Barat, Palestina, yang diduduki Israel. Abu Akleh ditembak di kepala, meski sudah menggunakan rompi pers sebagai pengenal. Akibatnya, Departemen Luar Negeri Amerika Serikat marah dengan hal ini.
Padahal, Israel dan Amerika Serikat dikenal merupakan ‘sahabat baik’. Dilansir dari Al Jazeera pada Kamis (12/5/2022) Israel adalah penerima utama bantuan militer AS dan sekutu terdekat Washington di wilayah tersebut.
Juru bicara Departemen Luar Negeri Ned Price dengan cepat mengutuk pembunuhan itu dan menyerukan penyelidikan. Akan tetapi di kemudian hari, dia menegaskan bahwa Washington mempercayai Israel untuk menyelidiki sendiri dan tidak akan menyerukan penyelidikan independen.
Ahmad Abuznaid, direktur eksekutif Kampanye AS untuk Hak Palestina, mengatakan seruan untuk penyelidikan adalah “isyarat kosong” jika penyelidikan akan diserahkan kepada Israel.
“Anda tidak dapat meminta Israel untuk menyelidiki diri mereka sendiri ketika mereka telah melanggar hak asasi manusia selama lebih dari 70 tahun dan mengharapkan mereka untuk sampai pada hasil yang berbeda yang telah mereka capai setelah beberapa dekade ini,” kata Abuznaid kepada Al Jazeera.
“Ini adalah kekejaman yang telah disaksikan masyarakat internasional berkali-kali – baik direkam dalam rekaman langsung atau tidak – dan kami belum pernah melihat pertanggungjawaban.”
Pada hari Rabu, Price mengatakan berulang kali ketika ditekan oleh wartawan pada briefing Departemen Luar Negeri bahwa Israel memiliki “kemampuan dan kemampuan untuk melakukan penyelidikan menyeluruh dan komprehensif” atas pembunuhan Abu Akleh.
“Sejarah dan tindakan telah menunjukkan bahwa Israel tidak dapat dipercaya untuk menyelidiki kejahatan perangnya sendiri, dan pelanggaran hak asasi manusia,” kata Abed Ayoub, direktur hukum Komite Anti-Diskriminasi Amerika-Arab (ADC), mengatakan kepada Al Jazeera.
“Kami menuntut penyelidikan independen, bebas dari tekanan politik dan pengaruh dari kepentingan Amerika dan Israel,” kata ahli hukum itu terkait insiden jurnalis Al Jazeera ditembak mati pasukan Israel saat bertugas. (firas)