INFOACEHTIMUR.COM | “Abu, jangan berangkat dulu, Adek mau salaman sama abu, mau minta maaf lahir dan batin karena nanti gak jumpa lagi sama abu,” demikian antara lain kalimat yang terungkap dari bibir Fitri Elfirati (26) kepada sang ayah H Bismi Hasan, Jumat (10/12/201) pekan lalu.
Ucapan tersebut disampaikan sang anak kepada ayahandanya saat akan berpamitan Medan, Sumatera Utara untuk menyelesaikan sisa pendidikan di Institut Kesehatan Deli Husada Deli Tua.
Mendengar kalimat yang terucap dari bibir Fitri, H Bismi spontan memeluk tubuh anak ketiganya tersebut dengan kasih sayang.
“Awalnya saya mau masuk ke kantor, terus anak saya Fitri minta jangan berangkat dulu katanya ingin mohon maaf lahir batin, nanti gak ketemua Abu lagi,” ucap H Bismi menirukan kalimat yang terucap dari anaknya kepada Serambinews.com Selasa (14/12/2021).
H Bismi yang jarang memeluk anaknya pun lantas mendekap erat penuh kasih saya sebagai orang tua terhadap anak.
Entah bagaimana, kata H Bismi dia merasa ada yang aneh sehingga memeluk erat tubuh anak ketiga ini.
Dia berkali-kali mengelus pundak anaknya yang telah menikah hampir dua tahun tersebut. Padahal biasanya sangat jarang dia memeluk kecuali hanya salaman. Dan biasa anaknya lah yang memeluk dirinya.
Adek, begitu sapaan akrab almarhumah Fitri wanita kelahiran Meulaboh, Aceh Barat 17 Agustus 1999 . Dia datang ke rumah ayahandanya untuk berpamitan lantaran pada Minggu (12/12/2021) pagi berangkat ke Medan Sumatera Utara.
Sejak menikah dengan suaminya Zainuddin, perawat yang bekerja di Dinas Kesehatan Nagan Raya, Almarhumah Fitri tinggal di rumah mertua yang berjarak belasan kilometer dari rumah ayahandanya yang tinggal di Meulaboh.
Fitri tinggal di kediaman suami di Dusun Lueng Kubu Batang, Desa Padang Panyang Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya Provinsi Aceh.
Ternyata, kata H Bismi, pelukan pada Jumat lalu menjadi pelukan yerakhir untuk sang buah hatinya itu.
Mantan PNS penyuluh pertanian yang kini menjadi anggota Majelis Pendidikan Daerah (MPD) Kabupaten Aceh Barat ini tak pernah menyangka jika pertemuan dan dekapannya terhadap sang putri menjadi terakhir kali.
Ini setelah, mobil yang ditumpangi almarhumah Fitri mengalami kecelakaan hingga jatuh ke jurang sedalam puluhan meter dan masuk ke sungai Lae Kombih, Dusun Buluh Didi, Desa Tanjung Mulia, Kecamatan Sitellu Tali Ureng Jehe (STTUJ) Kabupaten Pakpak Bharat, Sumatera Utara, Minggu (12/12/2021) pagi lalu.
Padahal, sejatinya Fitri yang melanjutkan pendidikan di Institut Kesehatan Deli Husada Deli Tua, Medan, Sumatera Utara dijadwalkan akan diwisuda dengan gelar sebagai apoteker pada Februari mendatang.
Kini, pupus sudah harapan orang tua dan suami untuk dapat menyaksikan Fitri Elfirati diwisuda menjadi apoteker karena ternyata kepergiaannya ke Medan menjadi perjalanan abadi dan tak kembali lagi.
Ucapan kepada sang ayah tidak bertemu lagi di kala berpamitan pada H Bismi yang merupakan Imam Cik mMsjid Ahlussunah Waljamaah dan ketua Yayasan Teuku Cik Dila Perkasa sebagai isarat kepergiannya menghadap sang Ilahi Rabbi.
“Semua sudah jadi taqdir Yang Maha Kuasa, kita hanya berencana namun ketetapan dari Allah SWT,” ujar H Bismi dengan bibir gemetar menahan rasa duka mendalam.
Yah, sosok H Bismi, pria berusia 66 tahun ini memang tampak tegar walau di raut wajahnya terlihat menyimpan duka dan rasa sedih mendalam atas kehilangan putri tercinta.
Saat diwawancara Serambinews.com, H Bismi didampingi sang istri Hj Siti Asri mengungkapkan sejumlah rencana mereka mulai menyiapkan rumah untuk tempat usaha setelah anaknya diwisuda hingga lainnya.
Memang, H Bismi sudah membeli sebuah rumah bagi putrinya yang dapat digunakan manakala telah berhasil meraih gelar apoteker.
Sebab, keluarga ini berencana akan membuka praktek atau semacam klinik pelayanan kesehatan setelah almarhumah Fitri berhasil menyelesaikan pendidikannya sebagai apoteker.
Abang ipar Fitri menurut H Bismi seorang dokter, sedangkan suaminya Zainuddin adalah perawat sehingga jika dia sudah berhasil meraih gelar apoteker akan lengkap menjalankan praktek pelayanan kesehatan.
Tapi apalah daya, semua cita-cita dan rencana kini berujung duka, sosok Fitri kini telah tiada karena dia gugur dalam perjalanan menuju pendidikan.
H Bismi menceritakan betapa kebaikan sang anak yang selalu memberinya uang. Sebelum berangkat ke Medan, sempat pula ada pembicaraan persiapan wisuda dua bulan mendatang.
Almarhumah Fitri meminta ayahanda dan keluarga lain untuk datang menyaksikan dia diwisuda nantinya.
“Abu jangan bawa mobil, abu sudah tua tidak sanggup karena ke Medan itu jauh. Nanti bawa sopir biar tidak capek,” begitu antara lain pesan Fitri kepada ayahandanya
Fitri dengan percaya diri menyatakan dia sudah final diwisuda dua bulan mendatang karena nilainya selama pendidikan selalu bagus.
H Bismi mengatakan jika anaknya pulang ke kampung seminggu lalu karena perkuliahannya memang sedang libur.
Biasanya, setiap pulang kuliah drai Medan, almarhumah Fitri ke rumah mertua terlebih dahulu karena suaminya ada di sana.
Kontak terakhir H Bismi dengan anandanya Fitri pada Sabtu malam pukul 24.00 WIB. Kala itu posisi sang anak sedang d Alue Bili, Nagan Raya.
Ayahanda H Bismi sempat menanyakan siapa saja teman anaknya di mobil.”Saya kontak terakhir malam sebelum kejadian. Saya tanya siapa kawan di mobil, katanya ada teman mahasiswi juga. Saya bilang jangan sembarang kawan-kawan kalau laki-laki,” ucap H Bismi.
Setelah percakapan terakhir itu, H Bismi pun meminta anaknya rajin belajar agar segera menyelesaikan kuliah dengan hasil sangat baik.
Percakapan ini merupakan kata dan pesan terakhir pula yang terucap dari H Bismi buat sang buah hati yang kini sudah menghadap Sang Pencipta Allah SWT.
Jenazah Fitri Elfirati ditemukan warga pada hari ketiga pascakejadian mobil yang ditumpangi jatuh yakni Selasa (14/12/2021) pukul 12.00 WIB namun proses evakuasi membutuhkan waktu sangat lama karena kendala arus sungai.
Dari ciri-ciri fisik yakni pakaian yang dikenakan yang masih melekat berupa jam tangan dan cicin.
Lamanya proses evakuasi akibat berbagai kendala seperti arus sungai. Sebab jenazah berjenis kelamin wanita itu ditemukan berputar putar di wilayah air terjun Kedabuhen.
Petugas berupaya mengait jenazah dari tengah sungai namun selalu gagal. Bahkan berdasarkan informasi jenazah seperti ditarik-tarik kembali.
“Terjadi tarik-menarik jenazah dari tengah sungai, kalau orang yang memahami wilayah ini tau arti tarik menarik,” ujar warga.
Diinformasikan ada semacam keyakinan di mana jenazah yang mengapung di kawasan Kedabuhen semacam sulit dijangkau karena ‘penghuni’ wilayah tersebut semacam enggan menyerahkan.
Hal ini pula yang terjadi tadi siang hingga menyebabkan proses evakuasi memakan waktu berjam-jam.
Bahkan, petugas yang menjemput jenazah sejak pukul 14.00 WIB, baru kembali ke pemandian Sikelang, Kecamatan Penanggalan pukul 19.30 WIB.
Jenazah baru berhasil dievakuasi ke daratan selepas shalat maghrib atau sekitar tujuh jam paskaditemukan.
Setiba di Sikelang, jenazah langsung dimasukan ke dalam ambulance milik Public Safety Center (PSC) 119.
Mayat tersebut langsung dibawa ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Subulussalam untuk pemeriksaan dan identifikasi.
Berdasarkan pemeriksaan dan hasil penuturan tim mayat itu memiliki ciri yang menyerupai Fitri Elfirati.
Dan hasil pencocokan dengan pernyataan keluarga dinyatakan sebagai Fitri Elfirati. Hal itu dari salah satu jemari korban ada yang agak bengkok serta gelang warna kuning emas.
Namun pengecekan secara detail akan dilakukan di RSUD Kota Subulussalam. Pihak keluarga yang sedari Minggu (12/12/2021) malam sudah berada di Subulussalam langsung ke RSUD Kota Subulussalam.
Keluarga yang datang menyaksikan secara langsung menyimpulkan jika jenazah ke 3 adalah Fitri Elfirati.
Ayah korban yakni H Bismi Hasan kepada Serambi membenarkan jika mayat ketiga yang dievakuasi tim gabungan adalah anaknya.
H Bismi menyampaikan ucapan terimakasih kepada tim gabungan yang telah berhasil menemukan dan mengevakuasi anaknya.
Bismi menyampaikan ucapan terimakasih kepada semua pihak termasuk para jurnalis di Kota Subulussalam dan masyarakat setempat.
Pensiunan penyuluh pertanian ini pun tak lupa berterimakasih kepada segenap masyarakat yang berdoa hingga anaknya cepat ditemukan.
“Hanya Allah yang dapat membalas semua kebaikan masyarakat dan petugas yang sudah menemukan anak kami,” ujar H Bismi Hasan.
“Dia sudah menikah dan awal tahun depan genap dua tahun. Selama ini dia masih kuliah di Medan, kosnya di Deli Tua,” terang Hj Siti Asri, ibu kandung Fitri.
Hj Siti Asri menceritakan sosok anaknya itu selama ini cukup manja baik kepadanya maupun sama sang ayah termasuk mertua dan suami.
Sementara sang suami, Zainuddin mengakui tidak ada firasat terkait kecelakaan yang menimpa istrinya. Hanya saja, kata Zainuddin satu firasat yang agak aneh karena beberapa hari sebelum berangkat si isteri sangat manja.
Bahkan, sikap manjanya kata Zainuddin melebihi sebelumnya. “Firasat hanya sikap manja sangat lebih. Dan berbeda dari sebelumnya, kadang ke kamar mandi pun saya terus diikuti,” ujar Zainuddin
Lebih jauh Zainuddin yang juga bertugas di kesehatan mengaku kontak terakhir dengan istri sekitar pukul 22.00 WIB, Sabtu (11/12/2021).
Saat itu sang istri mengeluh mobilnya masuk air karena ada barang di atas. Setelahnya, Zainuddin kehilangan kontak karena biasanya dia selalu menyarankan istri tidur di mobil agar sesampai di Medan bisa lebih fresh.
“Kontak terakhir kami pukul 22.00 WIB, dia bilang masuk air dari atas mobil. Saya memang selalu suruh tidur kalau sudah larut malam, biar bisa fresh,” cerita Zainuddin
Sebelumnya tim juga menemukan sesosok mayat berjenis kelamin wanita pada Senin (13/12/2021) di Desa Sikelang, Kecamatan Penanggalan, Kota Subulussalam.
Mayat itu dikenali sebagai Khairumi Mayat diduga salah satu penumpang mobil jatuh ke jurang di Pakpak Bharat itu ditemukan saat hanyut di Sungai Lae Kombih, Desa Sikelang, Kecamatan Penanggalan.
Berdasarkan informasi sementara mayat tersebut berjenis kelamin wanita ditemukan hanyut di kawasan Desa Sikelang, Kecamatan Penanggalan, Kota Subulussalam.
Dengan penemuan mayat di hari ketiga ini maka jumlah korban mobil kecelakaan Toyota Innova di Jurang Buluh Didi, Desa Tanjung Mulia, Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe (STTU) Kabupaten Pakpak Bharat, Sumatera Utara yang berhasil ditemukan dan dievakuasi tiga orang.
Ketiganya dua wanita masing-masing bernama Khairumi dan Fitri Elfrati dan seorang pria bernama Arman Yusuf yang juga sopir mobil nahas.
Kini tinggal empat korban sedang dalam pencarian masing-masing Muhammad Amri Lubis jenis kelamin pria berusia 30 tahun, warga Desa Kuta Trieng Kecamatan Labuhan Haji Barat, Kabupaten Aceh Selatan Propinsi Aceh.
Lalu Tata Agusnianti, jenis kelamin wanita usia 22 tahun tercatat sebagai mahasiswi STIKES Helvetia Medan.
Tata tercatat beralamat di Jln. Imam Bonjol Dusun COT Desa Seuneubok Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat Provinsi Aceh.
Korban lainnya bernama Sudarseh, jenis kelamin wanita usia 68 tahun warga RT LK Jambu Resa Ujung Baron Kecamatan Johan Pahlawan, Kabupaten Aceh Barat Provinsi Aceh.
Terakhir Masdi, jenis kelamin pria berusia 49 tahun berprofesi sebagai karyawan swasta beralamat Jln. B. Wijaya Kesuma Kecamatan Medan Selayang Kota Medan Provinsi Sumut. (khalidin umar barat)
Sumber: Serambi Indonesia