INFOACEHTIMUR.COM | Nurlailiwati (45), merupakan janda paruh baya tinggal di Dusun Pendidikan, Desa Bayeun, Kecamatan Rantau Selamat, Kabupaten Aceh Timur sempat terjebak dalam banjir pada awal Januari lalu.
Nurlailiwati, pada Jum’at (07/01/2022), menceritakan nasib nya itu, awalnya air hujan yang mengguyur tidak akan menciptakan banjir. Dirinya pun hanya menganggap bahwa ini adalah hal biasa.
“Saya hanya menganggap bahwa ini hal yang biasa, karena hujan serta badai sudah terbiasa. Malam itu saya pun lanjut tidur,” ungkap Nurlailiwati.
Tepat pada jam 05.00 WIB pagi, Lanjut Nurlailiwati, saat bangun tidur melihat diseputaran sudah dikelilingi oleh genangan air yang tadinya tidak banjir. Kini terlihat air genangi rumah hampir mencapai 1 meter.
Ia panik, saat itupun Nurlailiwati, bergegas ingin mengangkat barang agar tidak terendam air, sayangnya air semakin meninggi dan usahanya jadi sia-sia.
Tidak ada jalan lain baginya, melainkan menyelamatkan diri sendiri agar tidak terjebak dalam air banjir yang terus meningkat, serta arus air yang begitu kencang.
Pada waktu itu, dikatakannya, bukan hanya rumahnya saja yang digenangi air banjir. Sekira ratusan rumah warga di Desa Bayeun, juga digenangi banjir.
Lalu Nurlailiwati, bersama ratusan warga lainnya menetap di tempat pengungsian yang telah disediakan oleh Keuchik di halaman Kantor Keuchik Gampong Bayeun, Rantau Selamat.
Lima hari kemudian setelah banjir surut, dia kembali ke rumahnya dengan membawa bekal 5 kilogram beras, 10 pack mie instan dan 3 butir telur, yang diperolehnya dari bantuan korban banjir melalui aparat desa.
Nurlailiwati hanya bisa pasrah dengan kondisi rumahnya yang berantakan.
Seisi rumah basah dan berlumpur diraup banjir, namun yang membuatnya sangat sedih saat melihat mesin jahit satu-satunya alat untuk dia cari rezeki ikut terendam banjir. Pun demikian Nurlailiati mengaku bantuan bahan pokok makanan yang diperolehnya sudah memadai.
“Kami berharap agar ada pihak yang membantu untuk memperbaiki dapur rumah yang rusak dihantam arus banjir dan menyumbangkan satu unit mesin jahit,” tutur Nurlailiwati haru.
Berbeda dengan Cut Nilam Sari, meski rumah dan isinya terendam banjir namun ia bersama keluarganya memilih tidak mengungsi mereka bertahan karena rumahnya sebagian berbentuk rumah panggung.
“Kami tetap berada di rumah dan tidak mengungsi karena Sebagian rumah berbentuk panggung,” ujar dia.
Saat ini, Badan Penanggulangan Bencana Daerah Aceh Timur sedang melakukan pendataan kerusakan fisik dan kerugian materil akibat banjir.
Selain itu, pemerintah Aceh Timur tetap menyalurkan bantuan untuk korban banjir mengingat warga belum bisa beraktivitas secara normal.