DI TENGAH gemerlap kuliner modern yang tak henti menawarkan inovasi, jajanan tradisional terus merajut kenangan lewat kelezatannya yang autentik. Tidak terkecuali di Idi Rayeuk, Kabupaten Aceh Timur, dimana onde-onde, kudapan klasik nan lezat, kembali menjadi primadona, terutama saat bulan suci Ramadhan.
Onde-onde, dengan kulit kenyal dari tepung ketan, isian manis kacang hijau, dan taburan biji wijen yang gurih, berhasil mempertahankan posisinya di hati para penikmat kuliner. Tak heran, saat bulan puasa, kudapan ini menjadi salah satu menu favorit untuk berbuka puasa.
Kesibukan khas Ramadhan 1445 ini terasa di pasar kuliner Idi Rayeuk, dimana para pembeli antusias mengantri demi mendapatkan onde-onde hangat yang baru saja digoreng. Tenda-tenda penjual onde-onde penuh dengan aroma menggoda, menjanjikan sensasi rasa yang tak terlupakan.
Berawal dari adonan sederhana tepung ketan dan kacang hijau, onde-onde kini berevolusi dengan ragam isian, mulai dari keju, kelapa muda, cokelat, hingga stroberi. Namun, tampilannya yang khas – bulat dengan taburan biji wijen – tetap menjadi ikon yang tak tergantikan.
Ramadhan di Idi Rayeuk juga menjadi kesempatan bagi penjual untuk berbagi kebahagiaan. “Biasanya saya berjualan di sekitar tempat tinggal, namun Ramadhan kali ini saya memutuskan untuk membuka tenda di pasar. Alhamdulillah, setiap kali onde-onde saya masak, langsung habis terjual. Pembeli tampaknya sangat menantikan,” ungkap seorang penjual dengan rona kegembiraan.
Tidak hanya onde-onde, pasar kuliner Ramadhan ini juga menyajikan berbagai jajanan tradisional lainnya, membuatnya menjadi destinasi yang sempurna untuk berburu menu buka puasa yang autentik dan lezat.
Para pembeli, seperti salah satu warga Idi Rayeuk, mengungkapkan kecintaannya pada onde-onde. “Ini bukan sekadar tentang rasa manis dan gurihnya, tapi juga tentang menghidupkan kembali tradisi dan kenangan. Onde-onde ini menjadi pembuka sempurna saat berbuka puasa,” katanya.
Dengan harga yang terjangkau, hanya Rp1.500 per buah, onde-onde menjadi bukti bahwa kelezatan sejati tidak harus datang dengan harga mahal. Sebuah paket onde-onde yang berisi sepuluh buah seringkali menjadi pilihan untuk dibawa pulang, memastikan momen berbuka puasa bersama keluarga menjadi lebih hangat dan menyenangkan.
Di Idi Rayeuk, kuliner seperti onde-onde bukan hanya sekadar makanan. Lebih dari itu, itu adalah warisan yang menghubungkan masa lalu dengan masa kini, sebuah jembatan dari generasi ke generasi yang terus menginspirasi dan menyatukan komunitas di tengah perbedaan.***