Drama Malaysia “Bidaah” atau “Broken Heaven” yang sedang viral di Indonesia memiliki adegan-adegan kontroversial yang terkait dengan manipulasi agama.
Salah satu tokoh fiktif dalam drama ini, Walid Muhammad, memanipulasi perempuan-perempuan muda untuk menikah batin dengan iming-iming mendapatkan surga.
Namun, yang lebih mengerikan adalah bahwa kasus serupa juga terjadi di dunia nyata. Salah satu contoh adalah kasus Pesulap Hijau di Aceh yang memperkosa pasiennya dengan modus pengobatan alternatif.
Mengapa Agama Dijadikan Senjata?
Dalam kedua kasus tersebut, agama digunakan sebagai senjata untuk memanipulasi orang lain. Pelaku manipulasi menggunakan atribut-atribut keagamaan untuk memainkan peran dan mempercayai korban.
Menurut psikolog klinis Anastasia Sari Dewi, pendekatan secara agama dapat dianggap lebih ampuh dalam mendekati korban. Pelaku manipulasi seringkali menggunakan atribut-atribut keagamaan untuk memainkan peran dan mempercayai korban.
Pentingnya Berpikir Kritis
Dalam menjalani kehidupan beragama, penting untuk berpikir kritis dan tidak melulu mempercayai satu orang atau satu ajaran. Korban atau siapa saja harus terbuka untuk berdiskusi dan menerima masukan dari orang terdekat untuk memastikan bahwa apa yang dialami dan diterima adalah pantas atau layak.
Kasus Pesulap Hijau di Aceh
Kasus Pesulap Hijau di Aceh adalah salah satu contoh kasus manipulasi yang menggunakan agama sebagai senjata. Pelaku memperkosa pasiennya dengan modus pengobatan alternatif dan mengancam korban jika tidak berhubungan badan dengannya.
Pelajaran dari Drama “Bidaah” dan Kasus Pesulap Hijau di Aceh
Drama “Bidaah” dan kasus Pesulap Hijau di Aceh dapat menjadi contoh bagaimana agama dapat disalahgunakan untuk tujuan manipulasi.
Oleh karena itu, penting untuk berpikir kritis dan tidak melulu mempercayai satu orang atau satu ajaran, serta untuk memahami bahwa agama seharusnya digunakan untuk mempromosikan kebaikan dan keadilan, bukan untuk memanipulasi orang lain.