NASIONAL – “Minyak goreng mahal dibumi agraris, bahan bakar langka dinegri kaya SDA”, ungkapan tersebut tidak sepenunya benar namun kenyataan yang dirasa oleh warga juga tak seindah kampanye pengelola energi di Indonesia.
Belum seberapa lega dengan ‘sinema’ minyak goreng, para supir truk di Aceh Timur mendapat ‘ujian’ dalam memperoleh Bahan Bakar Minya (BBM) subsidi jenis Solar.
2 bulan lalu masyarakat Aceh dibuat ‘morat marit’ oleh kelangkaan dan kenaikan harga minyak gorang. Bahkan, Bupati Aceh Barat Daya Akmal Ibrahim (18/2) sempat menyarankan warga setempat untuk memanfaatkan sawit menjadi minyak goreng yang di olah secara tradisional.
Setalah beragam perubahan aturan terkait harga minyak goreng, bahkan hingga harus dilepas ke skema pasar.
Beruntung, beberapa daerah yang terjangkau dan lancar distribusi dapat menyesuaikan harga normal, namun sisanya, beberapa daerah kategori pedalaman/tertinggal masih ‘bermain’ dengan harga diata Rp 17.000.
Diketahui BBM subsidi jenis solar telang langka di Aceh selama hampir sebulan terakhir.
Belum diperoleh pernyataan langsung dari pihak penyalur BBM tersebut padahal antrian panjang kendaraan ‘pemburu’ solar telah tertonton sejak awal Maret 2022.
Sepanjang lintas timur aceh, bermula dari Aceh Timur, Bireuen, Pidie Jaya, Pidie, Aceh Besar hingga Kota Banda Aceh, dapat ditonton antrian kendaraan yang menggunakan BBM Solar seperti bus, truk, dan mobil penumpang umum (mopen), seperti L-300 dan Haice, dan kendaraan sejenis lainnya.
Baca Juga: Program Stiker BBM Bersubsidi Perlu Diberlakukan Kembali Agar Penyaluran Tepa Sasaran
“Sangat kami harap pada pemerintah biar soal ini diperlancar. Kalau kami pakai Pertamina Dex, rugi. Belum berimbamg dengan angka pemdapatan,” kata Zulfan Ariswanda, sopir truck colt yang tengah mengantri di salah satu SPBU Idi Rayeuk.
Banyak pemili kendaraan pengguna BBM solar yang menyatakan keberatan jika solar dikurangi dengan tujuan agar pengguna beralih ke Pertamina Dex yang lebih mahal daripada solar.