Info Aceh Timur, Jakarta – Ketua Majelis Tinggi (MTP) Partai SIRA, H. Muhammad Nazar, mengingatkan rakyat Aceh agar tidak over acting merespon agenda Pemilu Presiden (Pilpres) seperti beberapa kali Pilpres sebelumnya, sampai memecah belah masyarakat lokal.
“Pilpres itu penting dan berhak diikuti tetapi perbaikan sosial politik lokal Aceh, khususnya kepemimpinan daerah dan parlemen lokal di tingkat kabupaten/ kota dan provinsi benar-benar jauh lebih penting, bahkan sangat urgen untuk diperbaiki dalam pemilu mendatang,” ujar Muhammad Nazar di Jakarta, Senin, (30/10/2023).
“Siapapun presiden-wakil presiden RI pasti selalu memperhatikan Aceh secara normatif saja, kecuali saat Aceh memberontak baru diperhatikan secara serius.
Tetapi karena Pilpres ini juga bahagian dari hak demokrasi yang harus dimanfaatkan ya silakan diikuti dan pilihlah capres-cawapres yang diyakini paling layak, berpengalaman, berintegritas, bermoral, berkomitmen menghargai.
Dan mewujudkan kepentingan Aceh dalam mempercepat pembangunan, khususnya yang mau memperpanjang dan menaikkan kembali jumlah dana otonomi khusus bagi Aceh serta implementasi UU-PA yang sering tersandung interpretasi nasional,” ujarnya.
Menurut tokoh perjuangan gerakan sipil kharismatis Aceh yang dikenal sangat memahami dan berpengalaman dalam urusan politik, kepemimpinan dan pembangunan hingga aktifisme sipil itu.
Dalam Pilpres kali ini warga Aceh jangan dibodohi lagi dan jangan mau pasang badan mati-matian, toh capres-cawapres yang semuanya dari pulau Jawa dan saat terpilih belum tentu loyal kepada Aceh, dan cuma Aceh selama puluhan tahun diinginkan bahkan sering dipaksakan harus loyal kepada RI.
“Peristiwa-peristiwa yang dialami dan memundurkan Aceh selama digabungkan dalam RI dimana Aceh sampai rela mengkudeta sejarahnya sendiri dan mengorbankan banyak orang cerdas serta pemimpinnya sendiri.
Dalam revolusi sosial Perang Cumbok demi memuluskan penggabungan Aceh ke dalam calon negara baru bernama RI yang saat itu belum menjadi negara berdaulat, haruslah dijadikan referensi, introspeksi, evaluasi, cermin, guru dan nilai untuk membangun masa kini dan masa depan, termasuk membentuk nilai tawar dengan para capres-cawapres yang akan didukung maupun setiap agenda nasional RI.
“Jangan lagi mendukung mentah-mentah capres-cawapres dan agenda nasional RI tanpa kejelasan komitmen untuk Aceh masa depan,” Nazar mengingatkan kritis dan sangat tajam.
Wakil gubernur Aceh periode 2007-2012 itu mengingatkan juga, siapapun presiden-wakil presiden RI, perbaikan dan kemajuan di Aceh itu dapat lebih mudah terwujud jika kepemimpinan daerah.
Dan parlemen lokal sendiri di tingkat kabupaten/ kota dan provinsi diisi dengan orang-orang yang layak, memiliki kapasitas, integritas, moralitas, cita-cita, gagasan, ideologi dan program memajukan Aceh, jangan sampai berkali-kali rakyat Aceh memaksakan diri mengisi kepemimpinan dan parlemen lokal itu dengan orang-orang yang menyamar sebagai pro Aceh tetapi visi misi sebenarnya menyamun Aceh, termasuk memanfaatkan isu dan nama Aceh untuk dirinya sendiri atau kelompoknya.
“Rakyat Aceh kali ini wajib fokus pada perbaikan internal dirinya sendiri seperti kepemimpinan dan perwakilan daerah kabupaten/ kota maupun provinsi, yaitu gubernur-wagub, bupati-walikota/ wakil bupati-wakil walikota, DPRK-DPRA, termasuk DPD dan DPR RI yang akan mewakili Aceh ke Senayan.
Jadi mulai sekarang Aceh haruslah pintar menyikapi dan bertindak terhadap agenda nasional dan Aceh. Aceh sekarang harus fokus serta ‘wajéb piké peugléh dan tanom lampôh droë, bèk sabé sibôk peugléh dan tanom lampôh luwa,” terang Nazar.
Sumber: TribunGayo