Infoacehtimur.com – Seluas 971 hektare “hutan larangan” kawasan Taman Nasional Gunung Laeuser (TNGL) di Tenggulun, Aceh Tamiang, telah dibuka, dirusak, dan kayu-kayu hutan Leuser dijual oleh pihak yang tak bertanggung jawab.
Tak ada keterangan, sejak kapan perambahan 971 hektare hutan itu terjadi. Namun, Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser (BBTNGL) selaku penanggung jawab dan pemangku kawasan Hutan Konservasi TNGL menyatakan berkomitmen untuk memulihkan hutan dan mencegah serta mengamankan hutan demi kelestarian alam.
“Dari sekitar 971 hektare kawasan yang telah terbuka, kami menargetkan sekitar 711,82 hektare lahan dapat dikuasai kembali untuk kemudian dipulihkan agar kawasan tersebut dapat kembali seperti semula,” sebut Kepala BBTNGL Subhan, S.Hut., M.Si di Polres Aceh Tamiang, melalui keterangan tertulis, pada Senin (16/12/2024).
Keterangan tersebut disampaikan dalam Operasi Gabungan Penertiban dan Penegakan Hukum terhadap perambahan Taman Nasional Gunung Leuser. Operasi tersebut berlangsung sejak 16 hingga 21 Desember 2024.
Operasi tersebut melibatkan 300 personel dari unsur Dirjen Penegakan Hukum Kementerian Kehutanan, BBTNGL, Kepolisian Daerah Aceh, Kodam Iskandar Muda, Pemerintah Daerah.
Tidak ada satupun pelaku perusak hutan maupun ‘toke’ penjual hutan aceh yang berhasil ditangkap melalui Operasi Gabungan tersebut.
Usai operasi pada Rabu (24/12/2024), Direktur Pencegahan dan Pengamanan LHK, Rudianto S Napitu menyatakan bahwa operasi gabungan untuk menguasai dan memulihkan kawasan hutan yang sudah rusak itu berjalan lancar.
“Tim telah memasang 42 plang larangan di batas kawasan TNGL dan dilahan yang sudah dibuka. Kami juga menanam 3.500 bibit pinang di batas kawasan sepanjang 15 kilometer,” kata Rudianto, Rabu (24/12).

Sejumlah 1.500 batang sawit yang tertanam dalam kawasan TNGL turut dicabut dalam operasi gabungan tersebut. Sawit-sawit itu tumbuh diatas lahan yang sebelumnya ditumbuhi ribuan pepohonan hutan Leuser yang dilindungi.
Rudianto menyatakan pihaknya optimis bahwa hutan yang telah rusak dapat pemulihan kembali. Hutan Leuser sebagai penyangga keseimbangan ekosistem dan pencegah bencana banjir itu termasuk rumah bagi satwa kunci Sumatera, yakni Harimau, Gajah, dan Orang Utan.
Datuk Penghulu Kampung Tenggulun Heri Sutarto, menyampaikan apresiasi terhadap program operasi tersebut. Heri menegaskan bahwa hal yang paling penting adalah bagaimana mengubah pola pikir dan sudut pandang masyarakat.
“Tentu ini bukan hal yang mudah dan membutuhkan proses yang panjang,” ujar Datuk Penghulu Kampung Tenggulun.
Pihaknya juga berharap ada solusi yang terbaik bagi masyarakat. Menurutnya, mungkin konsep seperti Perhutanan Sosial bisa diterapkan agar masyarakat setempat dapat merasakan manfaat dari keberadaan kawasan TNGL.