Infoacehtimur.com, Aceh Timur – Keberadaan pengemis anak-anak di Aceh Timur, semakin bertambah banyak, bahkan jumlahnya terus bertambah setiap harinya.
Pengemis anak tersebut, dapat ditemui di Lampu Merah kota idi dan berkeliaran mengelilingi setap toko dan warung, bahkan dimalam hari. Selasa (12/8/2025).
Salah satu Tokoh Aceh Timur, Rahmat Hidayat membenarkan hal tersebut. Pihaknya meminta aparat terkait di Pemkab Aceh Timur, segera melakukan penertiban terkait keberadaan pengemis anak-anak itu.
“Kasihan kalau terus dibiarkan, masa depan mereka menjadi taruhannya, dibentuk dengan mental peminta-minta. Jumlah mereka terus bertambah setiap harinya,” ucapnya.
Baca Juga: Pengemis Berkedok Pembangunan Pesantren Diamankan
Baca Juga: Fenomena 1000 Pengemis Menghantui Aceh Timur: Sebuah Tantangan Bagi Kemakmuran
Dia menambahkan, jika pemerintah melakukan pembiaran, sama artinya dengan melanggar undang-undang No 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak serta undang-undang No 39 tahun 1999 tentang Hak Azasi Manusia (HAM).
“Negara harus melindungi hak anak-anak tersebut, dalam hal ini pemerintah maupun orangtuanya. Dimana pemerintah harus memperhatikan hak kesehatannya maupun hak pendidikannya,” tandasnya.
Sementara itu, marakanya pengemis anak di Aceh Timur, dikeluhkan berbagai kalangan. Bahkan mereka merasa terganggu dengan keberadaan pengemis anak-anak tersebut.
“Selama ini yang kami tahu pengemis itu, banyak berkeliaran di seputaran Kota Idi Bahkan di beberapa kota kecamatan lainnya. Namun saat ini, hampir disetiap sudut daerah Aceh ada,” kata Fahmi warga.
Baca Juga: Gelandangan dan Pengemis Merajalela di Lampu Merah Kota Aceh Timur, Ganggu Ketertiban Jalan
Baca Juga: Usai Nyabu Lalu Buka Film Biru, Pria di Aceh Ini Perkosa 5 Wanita, Termasuk Nenek-nenek
Sedihnya lagi, kata dia, pengemis anak-anak itu, mulai bermunculan di tiap-tiap pom bensin bahkan warung kopi walau malam hari yang ada di Aceh Timur. Harapanya Pemkab Aceh Timur, dapat menertibkan dan memperhatikan masa depan pengemis anak-anak itu.
“Kenapa sekarang banyak bermunculan, apa karena faktor orang tua yang tidak mampu atau mereka dikoordinir dan bukan anak-anak dari Aceh Timur,” tandasnya.