Oleh : Siti Mauliza (Program Studi Pendidikan Islam Anak Usia Dini Institut IAIN Langsa)
DESA ALUE DUA Muka S adalah suatu wilayah yang terdapat pada sebuah wilayah Aceh Timur berkecamatan Idi Rayeuk Kabupaten Aceh Timur, adapun batas wilayah desa sebelah selatan berbatasan dengan desa Teupin Batee, sebelah utara berbatasan dengan Desa Alue Dua Muka O, sebelah barat berbatasan dengan Gampong Jalan, sebelah timur berbatasan dengan desaa Teupin Drum. Luas desa Alue Dua Muka S 76,94 Ha. Salah satu tempat pengrajing anyaman tikar dan menghasilkan kreasi baru dari anyaman tikar itu sendiri.
Kerajinan anyaman pandan adalah salah satu usaha kerajinan tangan yang cukup potensial pada setiap suku bangsa di Indonesia. Pembuatannya sangat sederhana dengan mengandalkan tangan dan di bantu oleh beberapa buah alat tradisional seperti pisau, parang, dan jangka. Bahan-bahannya berasal dari tumbuhan yang tumbuh di sekitar lingkungan tempat tinggal masyarakat di pedesaan.
Kerajinan anyaman merupakan salah satu dari kebudayan yang dimiliki manusia sejak zaman prasejarah dalam rangka memenuhi kebutuhan akan sandang dan perlengkapan pendukung sehari-hari.
Sampai saat ini, kerajinan anyamanan merupakan salah satu bentuk kerajinan yang terus dihasilkan oleh sebagian masyarakat Indonesia dengan ciri khas bentuk dan ornament beragam dengan menggunakan bahan yang tersedia dari alam, baik bambu, pandan, rotan dan mendong sebagai bahan yang biasa digunakan.
Produk kerajinan anyaman dalam kehidupan manusia, selain sebagai penumbuhan kebutuhan fungsional dalam arti fisik, tetapi kehadirannya juga dalam memenuhi kebutuhan estetik. Oleh karenanya jenis barang yang diproduksi menjadi sangat bervariasi, mulai dari perlengkapan kebutuhaan rumah tangga yang bersifat tradisional sampai produk-produk aksesoris interior, maupun cendera mata.
Bagi masyarakat di desa Alue Dua Muka S menganyam adalah suatu rutinitas yang selalu dilakukan oleh setiap ibu-ibu rumah tangga selain secara turun temurun dari generasi ke generasi bahkan yang bekerja pun melakakukan anyaman tikar pada saat senggang. Dikarenakan tikar sebagai kebutuhan sebagai alas duduk yang sering digunakan, setiap mereka akan menganyam atau akan melakukan anyaman tikar mereka akan bersama-sama mencari bahan pandan yang akan di gunakan dan pembuatannya dilakukan secara bersamaan dari memotong, memilah duri memasak dan menjemur mereka lakukan bersamaan.
Sebelumnya anyaman tikar di desa Alue Dua Muka S hanya membuat anyaman tikar untuk alas duduk, alas sajadah, bukan untuk di perjual belikan tetapi dipergunakan hanya untuk perlengkapan rumah tangga, upacara pernikahan, menyambut tamu, upacara kematian, dan upacara do’a selamat untuk anak yang baru lahir serta acara lainnya. tetapi seiring dengan berkembangnya zaman selain anyaman tikar cukup digemari karna terdapat seni rupa dengan berbagai macam bunga yang di anyam sebagai warga desa memperjual belikan anyaman tikar tersebut dan menjadi sumber mata pencaharian.
Sekarang anyaman tikar berkembang dalam bidang kreasi dari anyaman tikar itu sendiri yang di olah menjadi peralatan rumah tangga yang menghasilkan bermacam variasi yang indah sehingga menjadi kreasi yang bias digunakan dan juga diperjual belikan seperti, kotak tisu, tempat serbet, sandal, dompet, alas sajadah, kotak pensil, dan lainnya. Diperjual belikan menjadi pengahasilan dengan harga jual per benda beda-beda kisaran dari harga Rp 35.000,00 sampai Rp. 100.000.00.
Di balik itu semua tentunya memiliki proses yang panjang mulai dari mencari daun pandan (seukee), pemotongan, menjangkarnya, memilah duri, menjemur, memasak dengan api atau merebus sekaligus memberi warna, lalu di jemur sampai kering sampai putih, di luruskan dengan alat nya, proses selanjutnya yaitu menganyam dengan. Setelah anyaman siaap baru dibuat kreasi yang akan diciptkan seperti dompet, kotak tisu, kotak serbet, tas, dan aksesoris lainnya.
Itulah tahapan dalam menganyam tikar dan pembuatan kreasi dari anyaman tikar sehingga ini juga menjadi suatu bahan tradisional yang semakin turun peminatnya tetapi di daerah tertentu anyaman tikar itu sendiri sangan erat kaitannya dengan masyarakat, jadi ini termasuk kerajinan tangan yang patut dikestarikan kembali agar tidak hilang.