Oleh: Nazwar, S. Fil. I., M. Phil Penulis Lepas Lintas Jogja Sumatera
Persaudaraan adalah suatu hal yang mengakar. Kesatuan yang kuat dengan manusia dalam berkehidupan, atau disebut primordial.
Selain sisi individu sebagai kepribadian seorang manusia, kebersamaan dalam bentuk persaudaraan adalah suatu hal yang menjadikannya tidak dapat ditinggalkan.
Kebersamaan hidup dalam puncak keadilan adalah harapan fitrah setiap insan. Kebenaran yang sesungguhnya, dalam arti menjadi kenyataan dengan izin Allah diusahakan agar dapat terwujud.
Tidak adanya kejahatan, tidak ada lagi kecurangan atau merasa dirugikan dalam kehidupan sebagai manusia yang hidup bersama-sama di atas dunia, bumi Allah.
Menjadi tantangan tatkala banyak kejadian sebaliknya, dan keadilan dirasa belum terwujudkan. Hidup sebagai hamba Allah dalam keimanan dan keislaman terikat dalam hubungan yang disebut persaudaraan. Sekaligus harapan akan terwujudnya kondisi yang penuh keberkahan hidup.
Kesempatan Beramal Salih
Memanfaatkan amanah sebagai manusia mengisinya dengan kebaikan berupa amal salih, seperti toleran terhadap sesama, menerima perbedaan serta beribadah penuh kekhusyukan. Mengisi umur jauh dari kejahatan.
Persaudaraan yang sesungguhnya dalam filosofi kesejatiannya, bukan sikap hipokrit atau pengecohan yang menciptakan persoalan seperti merasa dirugikan dan lain sebagainya. Sebab tipuan terbukti gagal menciptakan kehidupan dalam keserasian, maka kebenaran menjadi tidak dapat ditawar.
Dalam kehidupan yang adil, bukan hanya pada hubungan antar sesama manusia dan manusia dengan makhluk lain seperti hewan, tumbuhan, jin, namun juga hak Allah akan terpenuhi sebagai puncak keadilan.
Bukan setan yang memberi pengaruh, namun kebaikan Allah yang sepenuhnya tertegakkan. Kesombongan, ancaman serta apa yang menjadi otoritas Allah sepenuhnya menjadi milik Allah seutuhnya tanpa “dicuri” oleh makhluk.