Infoacehtimur.com, Aceh Timur – Ratna Dewi, penduduk Desa Seuneubok Pidie, Kecamatan Peureulak, Kabupaten Aceh Timur, Provinsi Aceh, berhasil meniti karier di dunia kerajinan tangan dengan menciptakan karya-karya unik.
Seperti menjahit dan membuat anyaman dengan berbagai bentuk yang menarik. Bahkan, ia telah meraih pengakuan di kancah internasional, ke Negara Kincir Angin atau Belanda salah satunya.
Sebelum memulai karier sebagai perajin, Ratna Dewi sempat bekerja di Bank Muamalat selama enam tahun.
Namun, memilih untuk mengembangkan Sekolah PAUD bersama suaminya sekaligus fokus pada dunia kreatif dan pendidikan.
BACA JUGA: Tak Kalah Unik, Festival Takbir Keliling di Aceh ada yang Cosplay Jadi Pejuang Hamas
BACA JUGA: 7 Fakta Unik Mangrove Kuala Langsa Identik Dengan Sungai Amazon, Cocok buat Healing
Dikutip dari BITHE.co, awal mula Ratna Dewi mulai menerima tempahan kerajinan tangan, mulai dari anyaman, bordir dan menjahit baju pria atau perempuan pada tahun 2013.
Tahun 2014 dia mulai menerima dan membuka kursus menjahit, dari hasil itu dia bisa membeli mesin penjahit satu persatu hingga saat ini sudah berjumlah 60 unit.
Selain masih dalam pengembangan usahanya, Ratwa Dewi pada tahun 2015 juga pernah mengikuti perlombaan tingkat Provinsi sebagai Instruktur Keaksaraan, waktu itu ia mengajari anak-anak pesisir, mulai dari sulam, anyaman hingga bordir baju.
Lanjut di tahun 2017, wanita asal Aceh Timur itu mulai melatih warga dan anak-anak sekolah agar bisa menjahit dan merakit anyaman sebagai contoh kotak tisu, bantal dan dompet.
Karena keterbatasan anggaran untuk mengupgrade produk yang mempunyai velue tinggi, sehingga pada tahun 2019 Ratna mendapatkan pembiayaan dari Bank beberapa tahap, dari awalnya hanya mendapatkan Rp25 juta, terakhir ia harus mengambil Rp150 juta.
Selanjutnya, meski masa Covid-19 mereka tetap mempertahankan bisnisnya hingga sekarang menginjaki tahun 2024. Kendala besar yang mereka hadapi adalah minimnya Sumber Daya Manusia (SDM) yang bisa menganyam, dan paling susah motif kerawang.
Selain minimnya SDM, kondisi cuaca juga memengaruhi proses pembuatan anyaman karena masih menggunakan metode manual yang memerlukan sinar ultaviolet.
“Alhamdulillah memang benar anyaman kita sudah pernah di ekspor hingga ke Belanda sebanyak dua kali, kita keterbatasan perajin sehingga tidak bisa mencukupi kebutuhan pasar yang diminta dalam sekali ekspor 100 pcs,” kata Ratna Dewi kepada Bithe.co saat dijumpai di rumahnya, Kamis (23/5/2024).
Untuk harga anyaman sendiri bervariasi, mulai harga Rp25 ribu hingga Rp2,8 juta, sedangkan bordir dari Rp10 ribu sampai Rp6 juta. “Paling laris yang harga Rp400 ribu sih, sedangkan lain ada juga namun tidak sering,” jelasnya .
Saat ini, tenaga kerja yang sudah terdaftar di BPJS- Ketenagakerjaan sebanyak 10 orang dan 5 lainnya masih berstatus karyawan lepas yang berfokus pada bidang anyaman.
Omset perbulannya sendiri, kata Ratna mencapai puluhan juta.
“Sekitar Rp30 juta, yang kami kirim jika luar daerah contohnya, jogja, jawa timur, solo, jakarta selatan dan paling sering sih ke Jakarta,” pungkasnya.***
Sumber : BITHE.co | Editor : ILham