Infoacehtimur.com, Bayeun – Ratusan tenaga ahli kakao telah menjalani pelatihan di Cocoa Development Center (CDC) Birem Bayeun, Aceh Timur, sebagai bagian dari program Gerakan Kakao Aceh Bangkit. Terbaru, 23 peserta Doktor Kakao Angkatan III resmi menuntaskan pelatihan selama 30 hari, Rabu (19/11/2025).
Faisal, Leader Recovery Cacao Forum Konservasi Leuser (FKL), mengatakan, pelatihan ini bertujuan meningkatkan kapasitas generasi muda dalam mengelola usaha perkebunan serta menerapkan teknik budidaya kakao yang baik dan benar. Peserta datang dari berbagai daerah di Aceh, Sumatera Utara, hingga Sumatera Barat.
“Peserta dari Sumatera Barat merupakan utusan Kementerian PPN/Bappenas. Mereka dan peserta lainnya dilatih langsung oleh tenaga ahli dari PT MARS, salah satu perusahaan kakao terbesar di dunia, yang menjadi mitra utama kami,” ujar Faisal.
Koordinator Divisi Sustainability FKL, Hendra Syahrial, menyebutkan potensi kakao Aceh sebenarnya besar. Namun, posisi Aceh sebagai daerah penghasil kakao nasional turun dari urutan keempat menjadi ketujuh akibat penurunan produksi dan alih fungsi lahan.
“Di tingkat provinsi, Aceh Timur kini berada di peringkat ketiga setelah Aceh Tenggara dan Aceh Utara. Upaya menghidupkan kembali kejayaan kakao membutuhkan dukungan semua pihak, termasuk generasi muda yang telah dilatih di CDC,” kata Hendra.
Sejak beroperasi pada pertengahan tahun ini, CDC Aceh Timur telah melatih 103 peserta dari kalangan Gen Z serta 19 Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL). Mereka diharapkan menjadi ujung tombak guna peningkatan kualitas kakao dan perbaikan tata kelola di lapangan.
Sementara itu, Zamzami Ali dari Pusat Unggulan Produksi Lestari (PUPL) Aceh Timur menjelaskan, CDC dibangun di lahan milik Dinas Perkebunan dan Peternakan Aceh melalui kerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Aceh Timur serta dukungan sejumlah mitra seperti Inisiatif Dagang Hijau (IDH), PT MARS, PT HBRM, GCB, PT SSL, dan The Asia Foundation.
Berada di area seluas 14 hektare, CDC Aceh Timur diresmikan oleh Wakil Gubernur Aceh, Fadhlullah, pada 20 Mei 2025 lalu. Fasilitas ini merupakan pusat pengembangan benih kakao unggulan terbesar kedua di Indonesia setelah Tarengge, Luwu Timur, Sulawesi Selatan.
Atas komitmennya dalam pengembangan petani kakao kreatif, Bupati Aceh Timur, Iskandar Usman Al-Farlaky, bahkan menerima penghargaan Serambi Ekraf Award 2025 yang diserahkan langsung oleh Menteri Ekonomi Kreatif RI, Teuku Rifky Harsya.
“Kolaborasi ini bukan sekadar mendorong peningkatan produksi dan kualitas kakao, tetapi juga memastikan bahwa pertumbuhan ini berjalan seiring dengan perlindungan Kawasan Ekosistem Leuser. Jika produktivitas petani dapat naik tanpa menambah tekanan pada hutan, tentu kesejahteraan, keberlanjutan, dan inklusi masyarakat dapat tumbuh bersama,” tandas Zamzami Ali.



