
Infoacehtimur.com / Banda Aceh – Filsuf, akademisi, dan intelektual publik Indonesia Rocky Gerung mengungkap. Saat ini Indonesia sedang dihantui untuk menentukan, apakah memilih narasi China atau Amerika Serikat. Padahal, Indonesia punya narasi lain dan tidak fokus pada kedua itu.
Pendapat tersebut disampaikan Rocky pada Diskusi Tokoh, Perlukah Narasi Baru Untuk Indonesia? di Rumah Aceh,Timang, Kota Banda Aceh, Jumat, 17 Februari 2023.
“Kita punya cara berpikir lain, kita akan mendayung di antara dua karang. Tapi itu sifatnya normatif saja, orang melihat Indonesia akan berbohong, karena seluruh profit politik tertuju ke China,” ungkap salah seorang pendiri Setara Institute ini.
Diskusi yang sarat makna dan menyedot perhatian peserta itu dibuka Ketua MPW Pemuda Pancasila Aceh T. Juliansyah Darwin (Teuku Puteh) dan dipandu akademisi USK Banda Aceh Prof. Dr. Humam Hamid.
“Saya tadi baca berita Duta Besar Amerika menemui pimpinan Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Ini menunjukkan, narasi Indonesia dipantau secara teliti oleh pemain global (global player). Ya, Amerika yang memantau itu, karena Indonesia ini menjadi pusat dunia. Berpotensi besar di bidang ekonomi, tapi terhalangani oleh potensi demokratis,” ujar Rocky.
Menurut Rocky, kedatangan Duta Besar Amerika Serikat ke PKS, pasti memiliki maksud dan tujuan. Sebab, selama ini kita tahu ideologi PKS adalah Islam.
“Kalau dia datang ke Nasdem dan PDIP, biasa saja. Nah, ini cara kita melihat satu narasi, dan tidak mungkin Dubes Amerika menerangkan mengapa dia bertemu dengan PKS,” tambah Rokcy.
Lebih lanjut kata Rocky, setelah pertemuan tersebut, Eropa akan membuka forum untuk mendiskusikan urgensi apa yang akan ditafsirkan oleh China tentang kedatangan Dubes Amerika tadi.
Apakah Amerika memberi sinyal demokratisasi di Indonesia? Ya, pasti tentu itu, karena mereka mempunyai poin dimana ada kemacetan demokrasi dia akan mengintervensi,” ungkap Rocky.
Tak hanya itu, Rocky juga mengulas berbagai hal yang kini masih menjadi pekerjaan rumah (PR) bagi bangsa Indonesia. Mulai dari hancurnya sumber daya alam hingga macetnya proses demokratitasi karena hegemoni oligarki.
Karena itu Rocky Gerung berpendapat, perlu narasi baru untuk bangun Indonesia.
“Narasi itu merupakan sebuah cerita yang didalamnya ada kontruksi. Atau sesuatu naratif yang didalamnya ada beban idiologi. Artinya, idiologi tidak mungkin dihapus dari memori kita, karena semakin dihapus maka semakin membekas,” tegas Rocky, yang berhenti mengajar karena keluarnya UU No. 14 tahun 2005, yang mensyaratkan seorang dosen harus minimal bergelar magister; sedangkan Rocky hanya menyandang gelar sarjana.
“Misalnya, arti merdeka memang bisa dihapus sebagai proyek politik. Tetapi akan ada terus di otak kita. Negara Islam bisa saja dihapus bahkan dihapus pada Piagam Jakarta, tetapi narasi itu akan terus ada di pikiran kita. Jadi, tidak usah ragu menyatakan dan sampai ide serta gagasan,” ajak Rocky.
Sumber: Modusaceh.co