Rasa amarah langsung menyelimuti panglima Majapahit mendengar jawaban tersebut. “Baiklah sepertinya kalian memilih mati,” ujarnya sembari bersiap memerintahkan prajuritnya untuk berperang.
Perang pun tak terelakan, korban jiwa berjatuhan dari kedua belah pihak. Kalimat takbir terus terdengar dari pasukan Samudra Pasai. Konon perang tersebut berlangsung selama tiga hari dan hanya berhenti saat senja tiba.
Memasuki hari keempat, Malikuddhahir mulai berhitung, ia menilai pasukan Majapahit pasti mulai melemah dan berkurang. Sehingga diambil keputusan untuk melakukan penyergapan langsung ke tenda-tenda penginapan pasukan Majapahit.
Baca Juga: Misteri Terletak nya Dayah ‘Cot Kala’ di Bayeun Aceh Timur Sekolah Islam Pertama Asia Tenggara
Baca Juga: Tuanku Hasyim Banta Muda, Tokoh Penting Sekaligus Panglima Besar Angkatan Perang Aceh
Penyergapan yang dilakukan menjelang pagi itu berlangsung sukses, pasukan Majapahit semuanya menyerah, termasuk sang panglima. Namun oleh Kerajaan Pasai mereka tidak ditawan tapi disuruh kembali ke Majapahit. Meski mengalami kekalahan di perang pertama, Majapahit dikabarkan tidak menyerah.
Majapahit kembali menyerang Samudra Pasai dengan dipimpin langsung oleh Gajah Mada. Saat penyerangan kedua Majapahit melakukannya dari dua arah, darat dan laut. Tragisnya saat terjadi penyerangan tersebut, tengah terjadi goncangan di Samudra Pasai karena adanya pemberontakan dan perebutan kekuasaan.
Meski pasukan Samudra Pasai berhasil memukul mundur pasukan darat Majapahit, namun pasukan laut Majapahit berhasil masuk ke kota Pasai dan menguasainya.
Sumber: Buku Samudra Pasai karya Putra Gara, Penerbit Hikmah