Infoacehtimur.com – Kilas balik, pada Februari 2009, atau 15 tahun yang lalu sekitar 200-an etnis Rohingya asal Myanmar melarikan diri, mereka terapung-apung dalam perahu kayu di lepas pantai Aceh Timur, setelah tiga pekan terombang-ambing di laut. Lihat Arsip Video Rohingya Tahun 2009 di Idi Rayeuk.
Mereka beralasan melarikan diri dari Myanmar, karena ketakutan akan dibunuh oleh junta militer. Banyak diantara mereka menjadi pekerja paksa dan mengalami penyiksaan.
Para nelayan di Idi rayeuk, Aceh Timur dan angkatan laut antusias menyelamatkan ratusan etnis Rohingya di tahun 2009 lalu, kondisi mereka jauh berbeda dengan kondisi pengungsi yang sekarang.
Bahkan, mereka mengaku telah membayar upah ke “Agen” agar bisa transit ke Indonesia. Seperti pengakuan etnis Rohingya bernama Mamun, di TPI Seuneubok Baroh, Darul Aman, Aceh Timur pada 14 Desember 2023.
BACA JUGA: UNHCR: 137 Imigran Rohingnya Sementara Tetap di Kuala Parek Aceh Timur
BACA JUGA: Usai Diberi Makan, Ratusan Etnis Rohingya di Aceh Timur Diminta Kembali Berlayar
Sementara etnis Rohingya yang tiba di Idi Rayeuk, Aceh Timur Provinsi Aceh, Indonesia pada tahun 2009 lalu. Terang-terangan mengaku mereka adalah korban penyiksaan, usai difasilitasi. Mereka juga bersedia dideportasi dan tidak ingin menetap di Indonesia.
Etnis Rohingya tahun 2009 lalu memperlihatkan fisik mereka terdapat bekas penyiksaan, mereka juga tidak memiliki smartphone. jauh lebih berbeda dengan etnis Rohingya baru-baru ini (2023/2024) yang ramai-ramai menelantarkan diri ke Provinsi Aceh.
Kondisi etnis Rohingya belasan tahun lalu sangat memprihatinkan. Mulai dari Individu, Organisasi, atau institusi melakukan penggalangan dana.
Jauh sebelum Kabupaten Aceh Timur, pada tahun 2006 mengalami kasus serupa, terdapat 77 Rohingya yang masuk ke Provinsi Aceh, melalui Palau Rondo, Sabang.
Mereka ditangani oleh UNHCR. Namun kasusnya tidak tuntas. Keberadaan mereka tidak kita ketahui lagi. Tentunya bila melalui penganganan UNCHR, disalurkan ke negara-negara ketiga.
Bedanya dulu dengan sekarang?