Infoacehtimur.com, Aceh Timur – Tim gabungan Polres Aceh Timur membongkar jaringan penyelundupan Rohingya. Tiga pelaku berhasil diamankan, termasuk seorang warga negara asing (WNA) asal Myanmar.
Kasat Reskrim Polres Aceh Timur, Iptu Adi Wahyu Nurhidayat, mengatakan penyelidikan terus dilakukan menyusul peristiwa terdamparnya 96 etnis Rohingya di pesisir pantai Krueng Tho pada akhir Oktober. Enam orang di antaranya ditemukan dalam kondisi meninggal.
Baca Juga: Fakta-fakta Mendaratnya Rohingya di Aceh Timur, 1 Kapal Diamankan
“Dari hasil penyelidikan, kami berhasil mengidentifikasi para pelaku yang berperan dalam penyelundupan ini,” kata Adi, Rabu, 6 November 2024.
Pelaku pertama yang berhasil ditangkap adalah IS, warga Aceh Timur, yang berperan menjemput para Rohingya dari perairan Padang Tiji, Pidie. Tak lama kemudian, MH, warga negara Myanmar yang bertindak sebagai nakhoda kapal, juga berhasil diamankan.
“Keduanya ditangkap saat berada di dalam mobil di kawasan Peureulak,” jelasnya.
Pada hari yang sama, polisi juga menangkap AY, warga Aceh Timur lainnya. AY merupakan pemilik kapal yang digunakan untuk menjemput para Rohingya dan berperan sebagai tekong kapal.
“Ketiga pelaku memiliki peran yang berbeda-beda dalam jaringan ini. Mereka bekerja sama untuk menyelundupkan para Rohingya dari Bangladesh menuju Indonesia,” jelasnya.
Baca Juga: 96 Etnis Rohingya Mendarat di Aceh Timur, 6 Orang Meninggal
Baca Juga: Kapal Pengangkut Rohingya di Aceh Selatan Milik Warga Lokal, Dibeli Rp580 Juta
Sementara itu, 11 Rohingnya kembali kabur dari tempat penampungan sementara di lapangan sepak bola Desa Seunebok Rawang, Kecamatan Peureulak Timur, Aceh Timur.
Kepala Bidang Politik Pemerintahan dan Keamanan Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Aceh Timur, Syamsul Bahri, yang dikonfirmasi Serambinews.com, Kamis (7/11/2024) membenarkan informasi itu.
“Mereka yang kabur tersebut adalah imigran Rohingya yang sebelumnya ditemukan mendarat di pesisir pantai Desa Meunasah Hasan, Kecamatan Madat, Kabupaten Aceh Timur,” katanya.
“Kami belum mengetahui siapa yang membantu pelarian mereka dari tempat penampungan sementara, terutama sebelas perempuan itu karena saat dicek pada malam hari, semuanya masih ada,” tambahnya Syamsul.