Sabang, 19 Januari 1996, merupakan hari yang tak terlupakan bagi masyarakat Indonesia. Kapal Motor Penyeberangan (KMP) Gurita tenggelam di Teluk Balohan, Sabang, Aceh, menewaskan 54 orang dan meninggalkan 284 orang hilang.
Kapal Motor Penyeberangan (KMP) Gurita tenggelam di perairan Teluk Balohan, Sabang, Aceh, antara 5-6 mil laut dari pantai. Kapal ini membawa 378 penumpang pada waktu kejadian.
Penyebab Tenggelam: Kapal ini dikenal membawa muatan yang melebihi kapasitasnya. Kapasitas normal KMP Gurita hanya untuk 210 penumpang, namun pada hari kejadian, jumlah penumpang jauh lebih banyak. Selain itu, kapal juga mengangkut barang-barang berat seperti semen, bahan bakar, dan tiang beton listrik, yang totalnya mencapai sekitar 50 ton.
KMP Gurita adalah kapal feri buatan Jepang tahun 1970, yang sudah berusia tua dan sering mengalami kerusakan. Meski begitu, kapal ini tetap dioperasikan karena keterbatasan armada transportasi laut lainnya.
Pengaruh dan Kenangan: Tragedi ini meninggalkan trauma bagi keluarga korban dan masyarakat Sabang. Setiap tahun, ada upacara doa bersama di lokasi tenggelamnya kapal untuk mengenang para korban. Bangkai kapal tidak pernah berhasil diangkat dari dasar laut, menambah kesedihan dan misteri atas peristiwa ini.
Salah satu kisah yang dikenal adalah dari Ucok Sibreh, seorang penumpang yang selamat dari tragedi ini, menceritakan bagaimana dia dan teman-temannya berusaha bertahan hidup di tengah laut yang bergelombang.
Banyak sumber yang menggambarkan peristiwa ini sebagai pelajaran berharga tentang keselamatan laut dan pentingnya pengawasan ketat terhadap kelayakan kapal yang beroperasi.