
Infoacehtimur.com / Aceh Timur – Satu jembatan berkonstruksi besi dan berlantai kayu yang terletak di Gampong Naleung, Kecamatan Julok, Aceh Timur terancam ambruk dan menanti korban berjatuhan.
Dengan demikan masyarakat setempat sangat resah dan khawatir bila jembatan tersebut ambruk Desa mereka akan terisolir dan rawan jatuh korban bila tiba-tiba jembatan tersebut runtuh saat ada warga yang melintas di atas jembatan tersebut.
Selama ini Warga Gampong Naleung tiap hari melintasi jembatan tersebut, mengingat akses jalan yang terdekat menuju pusat Kecamatan Julok harus melawati jembatan tersebut, sedang akses lain harus menempuh jarak 10 km, selain itu jembatan tersebut dilintasi anak-anak untuk keperluan sekolah.
Pantauan warga tim infoacehtimur.com yang berada ini kelokasi jembatan di Desa Naleung, kondisi jembatan tersebut memang sudah tidak layak digunakan lagi mengingat kondisi jembatan tersebut sudah lapuk dan tua di gerus usia, dimana penyangga besi sudah karatan akibat aus air asin, banyak besi penyangga yang terlepas, patah dan rusak serta kayu untuk lantai beberapa kali telah diganti.
Sementara itu, Keuchik Gampong Naleung Zainuddin kepada media ini mengatakan, bahwa Jembatan Naleung menjadi akses penghubung masyarakat, Anak-ank bersekolah di Gampong seberang yang memiliki SD, SMP, dan SMK Negeri 1 Julok hanya berjarak kurang dari 1 KM.
“Selain itu, hasil dari petani tambak dan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, jembatan Naleung adalah harapan besar kami,” ujar Keuchik Din sapaan akrabnya.
Selanjutnya Zainuddin mengungkapkan, bahwa dua bulan lalu di masa Pandemi Covid-19, baru saja selesai merehap dengan anggaran dana Gampong sisa pembayaran bantuan langsung tunai (BLT) amanah pemerintah, dan saat ini kondisinya mulai terlihat di beberapa titik kembali mulai lapuk.
- Baca juga:
- Aliansi Julok Bersatu Kunjungi Korban Pembacokan di Rumah Sakit.
- KPA Aceh Timur Santuni Korban Penikaman di Julok.
- Satu Warga Aceh Timur Jadi Kurir Sabu 20 Kg, di Dituntut Hukuman Mati
“Kayu dengan kualitas bagus saja paling bertahan hanya 1 tahun, kebutuhan bagi anak sekolah dan cara kami mengais rezeki dari tambak-tambak yang ada di wilayah kami untuk diantarkan ke Kuta Binjei (pasar di Julok, red) adalah alasan terbesar untuk terus merehap alas jembatannya saja,” ungkap Keuchik yang baru menjabat satu tahun ini.
Zainuddin juga menambahkan, dengan kondisi jembatan saat ini, dalam bayangannya jika air sedang pasang, boat nelayan tidak bisa melewati, dan juga bagi anak sekolah tidak bisa untuk menuju ke sekolah kecuali air surut.
Sementara Sekretaris Tuha Peut Gampong (TPG) Munazir juga mengatakan, akan seperti apa jadinya jika nanti jembatan Naleung tidak ada, bagaimana hasil petani tambak untuk di bawa keluar, dengan jalur melewati Gampong Lhokseuntang pastinya biaya transportasi akan membengkak dan anak sekolah tidak mungkin harus menempuh jarak sejauh itu.
“Kondisi becak untuk mengeluarkan hasil tambak saja menjadi ragu jika beban angkutan berat,” ucap tokoh Gampong Naleung.
Melalui pembangunan Desa jelas sangat menghambat kinerja, karena untuk pengiriman material harus mengeluarkan biaya tranportasi lebih besar karena harus putar ke Gampong Lhokseuntang. ***