Infoacehtimur.com, Aceh Timur – Pemerintah Kabupaten Aceh Timur bersama Yayasan Hutan, Alam dan Lingkungan Aceh (HAkA) dan Canopy Planet berkomitmen untuk melakukan pengembangan kawasan ekowisata yang berkelanjutan untuk masa depan.
Sekretaris Yayasan HAkA, Badrul Irfan mengatakan bahwa, pengembangan pariwisata yang bertanggungjawab atau ekowisata di Kawasan Ekosistem Leuser (KEL) merupakan kewajiban bersama, baik secara moril maupun komersil.
Sebagian wilayah Aceh Timur merupakan bagian dari KEL yang merupakan Kawasan Strategis Nasional (KSN) dengan fungsi daya dukung lingkungan hidup. KEL merupakan salah satu kawasan penting dunia yang menjadi habitat bagi empat mamalia besar, yaitu Gajah, Harimau, Badak dan Orangutan yang terancam punah sehingga dilindungi undang-undang.
Baca juga: Perkuat Perlindungan Lingkungan, Yakata dan HAkA Cetak 30 Konservasionis Muda di Aceh Timur
Baca Juga: Cek Mad Raih Penghargaan Wartawan Dua Kota Suci
Selain itu, KEL juga merupakan kawasan ekosistem penting yang sangat kaya dengan keanekaragaman hayati dan keunikan bentang alam, sekaligus sebagai penyangga kawasan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) yang memiliki status sebagai Kawasan Warisan Hutan Tropis Sumatera atau Tropical Rainforest Heritage of Sumatera (TRHS) yang ditetapkan oleh UNESCO.
Karena perannya sebagai penyangga dari keanekaragaman hayati yang terdapat di TNGL, membuat peran KEL tidak hanya penting di tingkat regional, tetapi KEL juga penting di tingkat nasional, bahkan internasional.
Yayasan HAkA bersama Canopy Planet kini sedang menyusun Rencana Induk Ekowisata Kawasan Ekosistem Leuser (Leuser Ecosystem Ecotourism Master Plan). Sehingga ke depan, Kawasan Ekosistem Leuser (KEL) khususnya yang masuk ke wilayah administratif Aceh Timur diharapkan tetap terjaga dan masyarakat di sekitar kawasan bisa sejahtera lewat ekowisata.
“Selain bermanfaat untuk kelestarian alam, pengembangan ekowisata juga dapat meningkatkan perekonomian, memberdayakan masyarakat lokal serta mampu meminimalisir bencana seperti banjir, kekeringan, tanah longsor dan sebagainya,” kata Badrul Irfan saat pertemuan dengan Pemerintah Kabupaten Aceh Timur di Idi, Senin (15/7/2024).
Baca Juga: Jangan Terlambat! Yayasan Haka Sedang Buka Lowongan Kerja untuk Wilayah Aceh
Pakar ekowisata organisasi nirlaba Canopy Planet, Jeffrey Michael Robbins atau akrab disapa Mike menambahkan, pengembangan ekowisata yang bertanggungjawab sama dengan menjaga lingkungan yang mampu memberikan keuntungan berkali-kali lipat. Sebaliknya, keuntungan yang diperoleh dengan merusak lingkungan hanya bisa dinikmati sekali saja.
Dia mencontohkan Kosta Rika yang dinobatkan sebagai Juara Bumi oleh PBB di tahun 2019 atas peran langsungnya dalam melindungi alam dan memerangi perubahan iklim. Negara yang berpenduduk lebih dari 5 juta jiwa ini populer karena menempatkan isu lingkungan di garis depan kebijakan politik dan ekonominya.
Pengelolaan ekowisata berkelanjutan telah menjadikan Kosta Rika negara yang paling banyak dikunjungi di Amerika Tengah, dengan pendapatan pariwisata meningkat tiga kali lipat hingga $3,3 miliar per tahun dalam dua dekade sebelum pandemi Covid-19.
Selain itu, pendanaan internasional untuk melestarikan hutan guna menangkap karbon dioksida atmosfer juga meningkat. Kosta Rika menjadi negara Amerika Latin pertama yang memperoleh manfaat dari Fasilitas Kemitraan Karbon Hutan Bank Dunia, dengan menerima $16,4 juta pada tahun 2018 dan 2019.
Halaman Selanjutnya