Infoacehtimur.com | Nasional – 74 tahun silam pada taggal yang sama dengan tanggal hari ini yaitu 17 Juni merupakan hari galang dana untuk modal Indonesia yang dilakukan oleh para ‘aktivis’ Aceh setelah mendengar pidato dan melihat air mata tangisan Soekarno pada semalam sebelumnya.
Bung karno pada kala Indonesia masih seusia ‘bayi merangkak’ menuju ke Aceh, tepatnya tanggal 16 Juni 1948. Sehari kemudian, setelah makan malam di Kuta Raja, barulah diungkapkan bahwa tujuan Bapak Proklamator Kemerdekaan Indonesia itu ialah untuk mencari dana.
AcehPlus menulis bahwa pada 16 Juni 1948 malam itu sebelum mulai menyantap makan malam bersama para tokoh pejuang, Bung Karno menatang rasa patriotisme rakyat aceh untuk ikut memelihara kemerdekaan Indonesia yang masih ‘lumik oen punyung’.
Buka Update: Berita Aceh Timur dan Aceh
Sejumlah tokoh aceh yang jelasnya ialah squad perang aceh melawan belanda pada malam itu sedang menghadap makan malam yang telah terhidang bersama Soekarno, namun Soekarno berucap
“Saya tidak makan malam ini jika dana tersebut (pembelian pesawat) belum terkumpul,” ucap Bung Karno berpidato didepan para tokoh serta turut menyebut Atjeh sebagai Daerah Modal.
Air mata Bung Karno ketika ‘ngak mau makam kalo belum kumpul dana’ pada malam 16 juni 1948 itu ditonton oleh para tokoh Aceh dan mereka seolah tersihir dengan itu sehingga dengan penuh semangat dalam waktu segera ‘Ureung Aceh’ membentuk Panitia Penggalangan Dana (Dakota Found). Pada 17 Juni 1948, pengumpulan dana secara lebih luas pun dilakukan hingga terkumpul ‘meuh 2 boh umpang’.
Panitia Penggalangan Dana Dakota diketua oleh Saudagar Aceh Djuned Yusuf dan Muhammad Al Habsyi. Dibawah panitia tersebut, Aceh berhasil mengumpulkan dana sejumlah 130.000 Dollar Singapura (20 kilogram emas).
4 bulan setelah Bung Karno ‘nggak mau makan sambil nangis’ di Aceh (Juni 1948), dana terkumpul sejumlah 20 kilo emas itu mampu digunakan untuk membeli 2 unit pesawat C-47 dari Singapura pada Oktober 1948. Proses pembelian dilakukan oleh Opsir Udara RI Wewiko Supono.
Baca Juga:
- Warga Kesal Jalan Nasional di Aceh Timur Berlubang, Akhirnya Timbun Sendiri
- ‘Resep’ Kemnaker Turunkan Tingkat Pengangguran Untuk Capai Target Pembangunan Nasional 2022
- LP3HI: Bareskrim Polri Harus Periksa Bank Nasional Dan Penyedia Payment Terkait Kasus Binomo
Fasilitas kesehatan Ialah Layanan Dasar
Sebagai Informasi, hari ini Aceh memiliki 1 Rumah Sakit Regional RSUD Zainoel Abidin sedangkan RS Regional Langsa, Bireun, Takengon, Meulaboh, dan Tapak Tuan hingga kini masih berstatus ‘belum siap pakek’. Padahal, fasilitas kesehatan ialah layanan wajib dasar yang harus tersedia sebagai kepastian mensejahterakan rakyat dan nanggroe.
kelima Rumah Sakit Regional yang masih berstatus ‘belum siap pakek’ itu telah menghabiskan anggaran hampir 1 Triliun (sejumlah Rp. 828,2 Milyar).
Sidang Paripurna DPRA dalam menyampaikan rekomendasi untuk LKPJ Pemerintah Aceh tahun 2021 menyuarakan berbagai keterangan dan pernyataan dari dewan ‘wakil rakyat’ aceh untuk Pemerintah Aceh.
Publik aceh yakin bahwa paripurna rekomendasi LKPJ tahun tahun sebelumnya juga membahas layanan dasar kesehatan (Rumah Sakit), namun masa pembangunan untuk 5 unit Rumah Sakit Regional yang telah menghabiskan dana Rp. 828,2 Milyar tersebut telah berjalan masa pembangunan selama 5 tahun anggaran (2016-2021).