Infoacehtimur.com | Aceh – Gempa bumi berkekuatan magnitudo (M) 5,6 terjadi di daerah pesisir pantai Barat Sumatera di Kota Calang, Aceh Jaya.
Gempa terjadi pada kedalaman dangkal 58 kilometer pada bagian interior lempeng oseanik Indo-Australia.
Titik pusat gempa dilaporkan berada di 44 km dari Tenggara Kota Calang. Titik koordinat gempa berada di 4.27 derajat Lintang Utara (LU) dan 95.64 derajat Bujur Timur (BT) atau pada Koordinat: 4.27° LU – 95.74° BT.
BMKG melaporkan gempa ini tidak berpotensi memicu terjadinya tsunami.
Belum ada informasi mengenai kerusakan yang timbul akibat gempa ini tetapi getaran gempa cukup membuat perabotan hampir jatuh.
Beberapa masyarakat merasakan getaran sekitar III MMI atau goncangan cukup kuat dan dirasakan hampir seluruh masyarakat di Aceh Jaya, Aceh Besar dan Banda Aceh.
Informasi yang diperoleh dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat, beberapa warga sempat keluar rumah karena panik terhadap goncangan gempa yang terjadi dengan durasi sekitar 3 – 5 detik.
Menurut seismologist BMKG, Andrean Simanjuntak, gempa Calang itu terjadi pada kedalaman yang dangkal yaitu 58 km, sehingga bisa dikaitkan dengan aktivitas tektonik dari zona subduksi Sumatra.
“Gempa Calang pagi hari ini memiliki mekanisme pergeseran mengiri yang bisa dianggap terjadi pada bagian interior lempeng oseanik sehingga tidak memiliki mekanisme yang umum di subduksi yaitu mekanisme naik atau thrust,” kata Andrean kepada Serambinews.com.
Ia mengatakan, distribusi gempa bumi itu berasal dari pergerakan subduksi miring Lempeng Oseanik Indo-Australia yang menunjam Lempeng Benua Eurasia dengan laju geser 5-6 cm/tahun.
Ia menjelaskan, pada sistem tektonik Sumatra, gempa bumi Calang merupakan tipe gempa transisi antara interface dan intraslab yang berasal dari aktivitas tektonik pada kerak bumi di lempeng oseanik.
“Dalam beberapa kasus, aktivitas gempa interface-intraslab memiliki potensi untuk mempengaruhi seismisitas pada patahan aktif yang tersegmentasi di sepanjang daratan Sumatra yang bergerak pada arah dekstral atau mengganan,” jelasnya.
Selain itu, beberapa kejadian gempa bumi interface-intraslab merusak, antara lain gempa padang 2007, gempa Bengkulu 2007, dan di awal Januari terdapat gempa M 6 di daerah Banten.
Kata Andrean, umumnya, gempa-gempa yang terjadi di zona interface-intraslab memiliki pelepasan energi seismik yang besar karena dibangkitkan oleh mekanisme naik dengan dimensi patahan yang besar dan diikuti spektrum guncangan yang luas.
Sebelumnya, terdapat dua gempa skala M 5 pada bulan Maret akibat aktivitas subduksi di pesisir barat Aceh dan dirasakan hingga III MMI di daerah Simeulue serta terakhir pada Senin, 20 Juni terjadi gempa pada kedalaman 77 km dengan magnitudo 4.8 yang dirasakan sekitar III – IV MMI.
Baca Juga:
- Gempa Berkekuatan M 5,2 Guncang Banda Aceh
- Gempa Bumi 5,3 M Di Aceh Barat.
- Gempa Bekekuatan 3,7 SR Goyangkan 11 Km Laut Aceh Timur
“Sejauh ini belum ada informasi gempa susulan dari gempa yang barusan terjadi,” ujarnya.
Ia juga menambahkan, masyarakat tidak perlu khawatir dan panik dalam menanggapi informasi yang tidak benar dan berlebihan.
Gempa yang terjadi barusan tidak diikuti oleh fenomena tsunami dan gempa susulan hingga pada pagi menjelang siang ini serta tidak ada laporan kerusakan.
“Masyarakat diminta bisa memahami kondisi kegempaan didarah tempat tinggal, selalu waspada dan tetap mengikuti informasi resmi terkait gempa bumi dari media sosial BMKG dan kanal-kanal berita yang valid,” pungkasnya.*
Sumber: Serambinews.com