
Penulis: Puspita
MEUGANG identik dengan memasak olahan daging sehari menjelang Ramadhan, Hari Raya Idul Fitri dan Hari Raya Idul Adha bagi umat Islam di Aceh.
Tradisi ini pun sudah ada sejak tahun 1907, pada masa kepimpinan Sultan Iskandar Muda di Kerajaan Aceh Darusaalam.
Plt Kepala Dinas Kantor Syariat Islam Kota Langsa Fauzaruddin menerangkan, meugang ini dulunya dilakukan oleh para sultan, para pembesar dan dihadiri para ulama, dan mengarahkan untuk menyediakan kepada balaifakir untuk memberikan pakaian, beras serta daging kepada mereka.
“Sehingga ini dijadikan suatu kebiasaan oleh Bendahara kerajaan yang dijadikan bentuk silaturrahim, dan berlangsung hingga sekarang,” jelasnya, Rabu (22/3/2023).
Setelahnya, kata Fauzar untuk sekarang sudah merujuk kepada kesepakatan para ulama, untuk menetukan 1 Ramadhan menggunakan metode Rukyah, maka meugang hanya dikenal 1 hari saja sebelum Ramadhan, dan ada sebagian masyarakat juga yang melaksanakan meugang sampai dua hari, seperti disini Kota Langsa.
Dari kesepakatan para Ulama, meugang dijadikan tradisi sebagai bentuk rasa syukur sebelum datang bulan mulia.
Hal ini juga sudah diatrur dalam Teori fiqih. Antara lain dalam sebuah kaidah fiqih, al-‘adatu muhakkamah maknanya Adat/tradisi dapat dijadikan dasar untuk menetapkan hukum syara’ , atau Ats-Tsabitu bil ‘urfi katstsabiti binnash yang artinya ketetapan hukum yang didasarkan atas tradisi sama dengan ketetapan berdasar syara’.
“Sehingga, masyarakat di Aceh mengolah masakan daging sebagai bentuk rasa syukur. Dan biasanya, disesuaikan dengan keuangan masing-masing. Bagi masyarakat yang mempunyai rezeki lebih biasa akan memasak daging sapi bahkan beberapa daerah seperi Sigli memasak daging kerbau yang telah mereka siapkan dari jauh hari,” ujarnya.
Lalu, lanjut Fauzar untuk masyarakat menengah yang tidak sanggup membeli sapi biasa diganti dengan ayam atau bebek, dan juga ini tidak diwajibkan bila tidak merayakan meugang.
kalau kita di langsa , saat ini dari masa kepemerintahan UMARA ( usman Abdullah dan marzuki hamid ) sampai dengan sekarang menjelang hari meugang, pemerintah memberikan bantuan meugang untuk tiap 2 gampong, melalui pemerintah gampong sesuai daftar usulan dari gampong.
“Setelahnya, dihitung seberapa bnyak masyarakat fakir dan miskin, untuk kemudian pemerintah memberikan bantuan. Sebagai bentuk membantu agar mereka yg tidak mampu,” sebutnya.***