Infoacehtimur.com, Aceh Timur – Keluh kesah dari seorang anak nahkoda kapal KM Aslam Samudera, bernama Adinda Rahayu (23), sedangkan ayahnya bernama M. Nur.
M. Nur merupakan nahkoda kapal KM Aslam Samudera, warga Idi Rayeuk, Kabupaten Aceh Timur, berada di Myanmar bersama enam temannya.
“Kami rindu dengan ayah, biasanya ditinggalkan hanya sepuluh hari atau seminggu,” kata Adinda, seperti dikutip Infoacehtimur.com, melalui SerambiNews.com, Jum’at (12/7/2024).
Adinda berujar, kali ini ayah sudah cukup lama berangkat dan dengar kabar beliau ditangkap kami syock. Dijelaskan dia, awalnya, ayah berangkat 24 Juni dari Kuala Idi berlayar ke laut.
BACA JUGA: Kasus 7 Nelayan Aceh yang Terdampar di Myanmar Ditangani Kemlu dan KBRI Yangon
BACA JUGA: Ketua Komisi I DPR Aceh, Al-Farlaky Surati Kemlu Soal 7 Nelayan di Myanmar
Pada Kamis 11 Juli 2024, Adinda mendapat telepon dari salah satu nomor Myanmar +95 dan ternyata itu adalah ayahnya, mereka pun saling terhubung.
Ayahnya meminta mereka untuk merekam dan melaporkan bahwa crew kapal Aslam Samudera terdampar di Myanmar karena kehabisan bahan bakar.
“Setelah itu nomor +95 itu telepon lagi tapi sudah bukan ayah yang bicara, orang lain bicara dengan bahasa yang tidak kami mengerti,” ujarnya.
“Orang itu lalu mengucap kata send money, maksudnya kirim uang. Habis itu kami matikan terus sambungannya,” ujarnya lagi.
Diketahui, adapun awak KM Aslam Samudera yang berada di Myanmar yakni M Nur (nakhoda) warga Idi Rayeuk, Kabupaten Aceh Timur, Annas (kepala kamar mesin), warga Pusong, Kota Langsa.
Sedangkan lima anak buah kapal lainnya yakni Mustafa Kamal warga Idi Rayeuk, Kabupaten Aceh Timur. Serta Abdullah, Helmi, dan Mola Zikri, semuanya dari Kota Langsa, dan Muzakir asal Matang Kuli, Kabupaten Aceh Utara.***
Editor : Ilham