
Infoacehtimur.com / Langsa – Terkait isu-isu yang berkembang belakangan ini, bisnis prostitusi dan Human Trafficking di Kota Langsa sangat senyap, dan sangat tertutup rapi pergerakan para wanita-wanita penjaja seks.
Bisnis esek-esek tersebut berdasarkan hasil penelusuran di lapangan, praktik prostitusi terselubung di Kota Langsa sudah berjalan sejak lama. Hingga saat ini, petugas kesulitan mengungkap lantaran bermain via onilne.
Sementara itu, pihak pemerintah setempat sendiri mengaku jika adanya praktik prostitusi di Kota Langsa yang kini mulai santer tersebut hanyalah isu belaka.
Baca Juga: Ajang Eksekusi Bisnis Seks Di Langsa, Tarif Bervariasi Rp250 Ribu
Sebab, hingga kini belum ada pembuktian secara nyata yang dapat menunjukan jika aktivitas bisnis haram itu ada di lingkungan Kota Langsa.
“Itu sekedar isu saja. Dan isu seperti ini sudah dari dulu-dulu terdengar,” kata Rudi Selamat, dilansir PojokAceh.
Menurutnya, rumor terkait hal tersebut di Kota Langsa tidak baru kali ini heboh di tengah masyarakat. Bahkan, beberapa tahun yang lalu juga pernah beredar isu yang sama.
Namun, kata dia, pihaknya saat ini tidak bisa berbuat apa-apa sebelum ditemukan pembuktian yang nyata di lapangan. Bahkan, sejak beredarnya isu tersebut pihaknya belum pernah sekali pun menangkap tangan para pelaku saat melakukan penertiban di lapangan.
“Kan gak mungkin kami tangkap orang yang duduk – duduk di kafe. Beda halnya kalau ketemu pasangan yang berduaan di tempat gelap,” katanya.
Namun demikian, Rudi mengatakan bukan berarti pihaknya tidak melakukan pengawasan terhadap tempat-tempat itu, khususnya kafe – kafe di wilayah Kota Langsa. Terlebih, Kota Langsa sendiri merupakan daerah yang menjalankan syariat islam, seperti daerah di Aceh lainnya.
Rudi tidak menampik, praktik tersebut bisa saja ada di luar sepengetahuan pihaknya. Di samping keterbatasan pihaknya dalam melakukan pengawasan, para pelaku tentunya tidak kehabisan cara agar bisa menjalankan bisnis haram tersebut.
“Apalagi yang Online-online itu. Informasinya ya kan?. Payah itu. Gimana membuktikan-nya. Lacaknya,” ujarnya.
Dan kami, kata dia, tugasnya penindakan. Pun begitu, dilakukan setelah melalui instruksi dan koordinasi dari pihak Dinas Syariat Islam.
Menurutnya, terkait hal ini ranah yang lebih memiliki wewenang adalah Dinas Syariat Islam. Sementara, pihaknya berkewajiban serta bertugas melakukan penindakan dan penertiban di lapangan.
“Untuk imbauan-imbauan, sosialisasi dan sebagainya, itu wewenangnya Dinas Syariat Islam. Nah itu nanti bisa di tanyakan langsung ke mereka,” ujarnya.
Senada, Kepala Dinas Syariat Islam Kota Langsa, H Aji Asmanuddin mengatakan, isu-isu seperti itu sudah dari zaman-zaman dahulu. Tapi, fakta di lapangan yang mereka jumpai tidak ada. Menurutnya, kebanyakan yang beredar isu-isu praktik itu melalui Online.
Bahkan, Aji mengaku, sejak mulai diterapkannya syariat islam di Aceh, pihak dinas syariat islam kota Langsa tidak henti-hentinya memberikan sosialisasi terhadap masyarakat.
“Tapi namanya juga melalui online, jadi sulit untuk membuktikan. Di online memang ada. Namun untuk membuktikan di lapangan sulit,” katanya.
Ia mengaku, pihaknya bersama petugas Satpol PP dan WH beberapa kali juga telah melakukan inspeksi dadakan disetiap titik di Kota Langsa, namun tidak juga berhasil menemukan aktivitas atau kegiatan seperti isu yang berkembang.
Tak sampai disitu, upaya lainnya juga telah ditempuh pihaknya dalam membongkar praktik prostitusi yang rumornya beredar kuat di tengah-tengah masyarakat, termasuk menempatkan beberapa Intelijen dari pihak Dinas Syariat Islam itu sendiri.
“Mungkin bisa di cek. Siang malam kami tetap bekerja. Dan kondisi hujan malam ini, anak-anak (petugas Satpol PP dan WH) tetap bekerja di lapangan,” katanya.
Tugas kami, kata dia, hanya sekedar memberikan imbauan saja. Untuk itu, salah satu cara mengungkap praktik ini, benar atau tidak, butuh dukungan serta peran aktif dari semua pihak. Sama-sama bekerja sama untuk menuntaskan salah satu penyakit masyarakat tersebut.
“Kalau 24 jam harus kami, mana sanggup. Kami memiliki keterbatasan,” ujarnya.
Sebelumnya, Untuk mengetahui secara dalam bisnis esek – esek ini, pojokaceh.com telah melakukan penelusuran terkait bagaimana geliat bisnis prostitusi di Aceh, khususnya Kota Langsa berjalan.
Salah seorang sumber yang berhasil ditemui mengatakan, ada beberapa tempat di wilayah Kota Langsa yang selama ini dijadikan lokasi untuk melakukan transaksi syahwat.
Jebrik, [nama samaran] mengatakan, para pekerja seks yang menjajajkan diri yang ada di Kota Langsa berusia antara 16 tahun hingga 37 tahun.
Mereka, kata dia, dalam menjalankan aksinya dibantu serta dikendalikan oleh satu orang wanita._ biasa dipanggil dengan sebutan ‘Mami’. Atau biasa juga dikenal dengan Mucikari.
Dalam menjalankan bisnis itu, mami memiliki peran yang sangat besar dan penting. Melalui dirinya, para lelaki hidung dapat mendapatkan wanita yang mau di ajak berkencan; dengan catatan membayar jasa kencan. Pembayaran dapat langsung diberikan kepada Mami, dapat juga melalui wanita yang di kencani-nya.
Sementara, Jejaka sendiri mengaku memiliki tugas khusus dalam bisnis ini. Ia bertugas sebagai pengantar dan jemput wanita malam untuk dipertemukan kepada lelaki peng_order.
“Dalam sekali kencan, tarifnya bervariasi. Mulai dari Rp200 ribu hingga Rp500 ribu. Sudah termasuk sewa kamar,” katanya.
Ia mengatakan, bisnis prostitusi di Kota Langsa tersedia untuk kelas bawah, menengah, hingga kelas atas. Untuk tarifnya sendiri, kata dia, kelas bawah biasanya membandrol dengan tarif mulai dari Rp150 ribu sampai Rp300 ribu rupiah sekali buat sekali kencan.
“Kalau kelas menengah Rp350 ribu sampai Rp600 ribu rupiah. Sementara untuk kelas atas tarifnya bisa mencapai Rp750 ribu hingga Rp2 juta rupiah untuk sekali kencan,” ujarnya.
Bisnis prostitusi di Kota Langsa, ia mengaku sudah berjalan selama beberapa tahun.
Sementara, para wanita yang bekerja sebagai pekerja seks di Kota Langsa, ia mengaku tidak semuanya merupakan warga setempat. Melainkan ada juga yang dari luar Langsa. Bahkan ada yang berasal dari Sumatera Utara.
“Kalau malam Sabtu dan Minggu, bisa kita temukan para PSK dibeberapa kafe – kafe di seputaran wilayah Langsa ini,” ungkapnya.
Untuk pemesanan PSK, kata dia, selain dapat dilakukan melalui Mucikari secara langsung, pemesanan juga dapat dilakukan menggunakan aplikasi chatting, ataupun via media sosial. Biasanya beberapa PSK memanfaatkan media tersebut untuk mempromosikan diri.
“Setelah sepakat mereka biasanya pergi ke penginapan atau keluar daerah,” ujarnya.***
Baca Juga: Tarif PSK di Negara Ini Disebut Paling Murah, Hanya Terima Rp2.000 Sekali Main
Baca Juga: Gejolak Nafsu Liar Waria di Tepian Malam Membuat Masyarakat Resah di Langsa
Editor: Ilham Pranata
Sumber: PojokAceh