Kekuatan utama gelombang protes kali ini terletak pada konsolidasi Generasi Z sebagai aktor politik baru. Berbeda dari protes-protes sebelumnya yang kerap terfragmentasi oleh kepentingan partai, gerakan Gen Z di Bulgaria muncul sebagai kekuatan lintas ideologi, dengan satu isu pemersatu: perlawanan terhadap korupsi dan oligarki politik. Mobilisasi melalui TikTok dan platform digital membuat gerakan ini cepat, cair, dan sulit dikendalikan oleh elite lama.
Namun, keberhasilan menjatuhkan pemerintah tidak otomatis menjamin perubahan struktural. Tantangan terbesar Gen Z ke depan adalah mentransformasikan energi jalanan menjadi kekuatan elektoral. Tanpa kendaraan politik yang jelas, gerakan ini berisiko mengalami apa yang kerap terjadi di Eropa Timur: protes besar yang berakhir dengan daur ulang elite lama dalam format baru.
Di titik inilah figur Presiden Rumen Radev menjadi krusial. Dengan tingkat popularitas tinggi dan sikap kritis terhadap Barat—khususnya soal Ukraina—Radev berpotensi mengisi kekosongan politik pasca-Zhelyazkov.
Baca Juga: Jurnalis Kota Langsa Demo Tolak RUU Penyiaran
Baca Juga: Korupsi Rp728 Juta Dana Desa, Kades di Aceh Timur Jadi Tersangka
Jika ia membentuk partai atau memanfaatkan pemilu dini, arah politik Bulgaria bisa mengalami pergeseran halus dari arus pro-Uni Eropa yang tegas menuju posisi yang lebih ambigu secara geopolitik.
Di sisi lain, jatuhnya kabinet pro-Uni Eropa tepat menjelang adopsi euro menempatkan Bulgaria dalam posisi sensitif. Meski transisi mata uang dipastikan berlanjut, instabilitas politik dapat memperlemah kapasitas negara dalam mengelola dampak sosial-ekonomi, terutama risiko inflasi yang sebelumnya telah diperingatkan Bank Sentral Eropa.
Dalam konteks yang lebih luas, Bulgaria kini bergabung dengan rangkaian negara di mana Gen Z berperan sebagai katalis perubahan politik, mulai dari Asia Selatan hingga Afrika. Namun, berbeda dari negara-negara tersebut, Bulgaria adalah anggota Uni Eropa dan NATO. Artinya, dinamika domestik di negara ini berpotensi berdampak langsung pada keseimbangan politik Eropa Timur, terutama di tengah persaingan pengaruh antara Barat dan Rusia.
Singkatnya, kejatuhan pemerintahan Zhelyazkov bukanlah akhir krisis, melainkan babak baru pertarungan politik antara generasi lama yang terjebak dalam patronase dan generasi baru yang menuntut transparansi.
Apakah Gen Z mampu melampaui peran sebagai kekuatan moral menjadi aktor politik efektif, akan ditentukan dalam pemilu berikutnya.

