Penulis Opini, Nurliza, S.Kes
Mahasiswi Magister Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala
Masa remaja merupakan masa dimana terjadi pertumbuhan fisik dan mengalami perkembangan yang sangat pesat. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2 Tahu 2014, remaja merupakan kelompok pada usia 10 sampai 18 tahun. Remaja membutuhkan nutrisi yang spesial dibandingkan kelopok usia yang lainnya, karena pada masa remaja terjadi pertumbuhan dan perubahan mulai dari fisik, mental, emosional berhubungan juga dengan masa pubertas.
Makanan merupakan segala bahan yang kita konsumsi dan masuk ke dalam tubuh, memebrikan energi, dan mengatur seluruh proses di dalam tubuh atau metabolisme. Makanan dikatakan sehat atau bergizi apabila mengandung karbohidrat, protein, mineral, vitamin, dan sedikit lemak tak jenuh, atau kita kenal dengan 4 sehat 5 sempurna.
Menurut Depkes RI tahun 2009 pola makan merupakan salah satu cara atau upaya dalam mengatur jumlah dan jenis makanan untuk dikonsumsi serta informasi yang meliputi mempertahankan kesehatan, status gizi dan mencegah atau membantu kesembuhan penyakit. Kebiasan mengkonsumsi makanan yang buruk dapat dipengaruhi oleh keluarga atau teman sebaya, iklan di televisi serta kurangnya pengetahuan tentang gizi sehingga remaja menyerap semua informasi yang ada da tidak menyaring informasi tersebut. Kebiasaan mengkonsumsi makanan yang buruk sangat mengancam kualitas kesehatan. Kelebihan gizi menyebabkan kegemukan sehingga memicu timbulnya penyakit kronis, seperti jantung koroner, stroke dan diabetes melitus.
Salah satu tren makanan yaitu junk food. Junk food diartikan sebagai makanan yang tidak sehat atau memiliki kandugan gizi yang tidak seimbang. Junk food biasanya banyak mengandung lemak, gula, tepung, garam, zat pengawet bahkan pewarna, dan tetapi hanya sedikit mengandung vitamin dan serat sehingga dapat memicu timbulnya berbagai macam penyakit seperti obesitas, jantung dan kanker. Jenis makanan junk food yang sering dikonsumsi remaja seperti ayam goreng, pizza, mie instan, minuman bersoda, kentang goreng, dan lain-lain.
WHO menyebutkan 10 golongan yang termasuk dalam makanan junk food, yaitu:
- Makanan asinan yang mengandung kadar garam sangat tinggi sehingga dapat memperberat kerja ginjal dan mengiritasi lambung serta usus.
- Makanan kalengan, bisa berupa buah-buahan atau daging. Makanan kaleng tidak sehat karena biasanya mengandung bahan pengawet, mengakibatkan menurunnya kandungan gizi dan nutrisi.
- Makanan gorengan mengandung kalori, lemak, dan minyak yang banyak, mengakibatkan kegemukan dan jantung koroner. Pada proses menggoreng muncul zat karsinogenik yang memicu kanker.
- Makanan daging yang diproses seperti sosis, dan lain-lain, mengandung bahan pewarna dan pengawet yang membahayakan organ hati, kadar natrium yang tinggi menyebabkan hipertensi dan gangguan ginjal, hingga dapat juga memicu kanker.
- Mie instant mengandung bahan pengawet serta kadar garam menyebabkan kerja ginjal menjadi berat. mengandung trans lipid yang beresiko buruk pada pembuluh darah dan jantung.
- Makanan yang dibakar atau dipanggang dapat mengakibatkan makanan menjadi gosong sehingga muncul zat yang memicu penyakit kanker.
- Keju olahan dapat meningkatkan berat badan dan meningkatkan gula darah.
- Makanan asinan kering mengandung garam nitrat memicu munculnya zat karsinogenik di dalam tubuh, mengakibatkan gangguan pada fungsi hati serta memperberat kerja ginjal.
- Makanan manisan beku seperti ice cream, cake beku, dan lain-lain, umumnya mengandung mentega tinggi yang dapat mengakibatkan obesitas dan kadar gula tinggi.
- Makanan daging berlemak dan jeroan mengandung lemak jenuh dan kolesterol yang meningkatkan risiko penyakit jantung koroner, kanker usus besar, dan kanker payudara.
Obesitas adalah salah satu masalah di seluruh dunia dan masalah tersebut sering diabaikan bahkan dianggap tidak penting bagi kebanyakan orang. Obesitas merupakan suatu penyakit yang terjadi akibat kandungan lemak yang berlebih sehingga dapat menyebabkan gannguan pada kesehatan. Seseorang dikatakan obesitas apabila kelebihan berat badan mencapai lebih 20% dari berat normal. Ada banyak hal yang dapat menyebabkan obesitas yaitu faktor genetik, pola hidup, kurangnya aktifitas fisik, stress, pola konsumsi termasuk diantaranya konsumsi junk food di kalangan remaja. Masa remaja merupakan masa dimana mudah sekali terpengaruh dengan perkembangan tren terutama tren makanan. Karena tren makanan tersebut dapat berdampak terhadap peningkatan maupun penurunan gizi pada remaja.
Obesitas terjadi jika frekuensi makan dan jenis makanan karena tubuh memiliki kemampuan menyimpan karbohidrat dan protein secara terbatas. Makanan junk food mengandung indeks glikemik yang tinggi, sebagian dari glikongen dan sisanya menjadi lemak protein akan dibentuk sebagai protein tubuh dan sisanya adalah lemak, sumber energi yang digunakan berasal dari glikogen (simpanan karbohidrat) sehingga lemak yang tertimbun tidak terpakai. Apabila hal ini terulang terus menerus, timbunan lemak akan semakin menumpuk, menjadi abnormal dan menyebabkan obesitas.
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007-2018 obesitas mengalami peningkatan tiap tahun, tahun 2007 sebesar 18,8%, tahun 2013 meningkat menjadi 26,6%, dan tahun 2018 mengalami peningkatan lagi sebesar 31,0%. Sebanyak 16 provinsi dengan prevalensi obesitas tertinggi diatas prevalensi nasional adalah Banten, Jawa Timur, Jawa Barat, Bali, Bangka Belitung, Riau, Aceh, Gorontalo, Maluku Utara, Sumatra Utara, Kalimantan Utara, Kepulauan Riau, Papua Barat, Kalimanatan Timur, DKI Jakarta, Sulawesi Utara.
Junk food yang dikonsumsi dapat mengakibatkan berbagai efek buruk bagi remaja. Kandungan nilai gizi yang rendah dan kalori yang tinggi menyebabkan kegemukan. Penelitian menyebutkan pewarna makanan dapat menyebabkan hiperaktif dan konsentrasi pada anak-anak. Pewarna yang dicampurkan pada makanan juga dapat berbahaya bagi tubuh karena mengandung karsinogenik (pemicu kanker).
Junk food yang mengandung zat-zat yang tidak sehat dan dikonsumsi secara terus menerus akan membahayan kesehatan. Junk food yang disajikan di restoran menjadi ancaman utama bagi kesehatan karena makanan-makanan yang disediakan mengandung lemak jenuh, sodium, zat aditif, sehingga remaja yang sering mengkonsumsi makanan tersebut akan membahayakan kesehatan.
Studi mengungkapkan bahwa sejak usia 30 tahun arteri mulai menyumbat dan menjadi dasar pemicu serangan jantung di masa depan. Risiko kanker prostat dan payudara dipengaruhi apa yang dimakan oleh anak-anak sejak pubertas. Kebiasaan makan yang burukdapat memperlambat pertumbuhan, membusuk gigi, menyebabkan obesitas dan dikemudian hari akan memici timbulnya berbagai macam penyakit yang sulit untuk disembuhkan.
Junk food juga dapat menyebabkan peningkatan kadar kolestrol dalam darah, malnutrisi, penyakit jantung, diabetes dan lainnya karena mengandung natrium yang tinggi sehingga meningkatkan dan memperburuk tekanan darah tinggi. Rekomendasi Dewan Riset Nasional dari Akademi Sains, orang dewasa membutuhkan minimun harian nutrium sekitar 1.200-1.500mg, namun jika terlalu banyak natrium bagi tubuh akan berkontribusi terhadap tekanan darah tinggi.
Mengkonsumsi makanan yang buruk seperti junk food dapat terjadi karena kebiasaan dari keluarga, teman sebaya, bahkan pengetahuan. Kebiasaan orang tua yang tidak sempat menjiapkan makanan dan terbiasa mengkonsumsi junk food memicu remaja terus melakukan hal tersebut. Selain itu, iklan di televisi menyebabkan ketertarikan remaja dan tidak menyaring informasi yang didapat terlebih dahulu.
Pengaruh iklan pada remaja sangatlah kuat. Pada tahun 2004, hasil survei Consumer International menunjukkan sebagian besar remaja menyukai iklan dan mempercayai informasi yang dimuat di dalamnya. Sekarang ini, iklan-iklan junk food semakin banyak di media Hasil Survei Internasional menyatakan bahwa 67% siaran iklan di televisi 11 negara didominasi oleh jenis iklan junk food, atau dua per tiga dari total tayangan iklan makanan di televisi adalah iklan junk food. Menurut Harian Kompas (2006), persentase iklan junk food di Indonesia bahkan mencapai 90%. Sedangkan hasil penelitian Raharjo (2008) menunjukkan persentase iklan junk food menduduki porsi sebesar 60–70% dari total penayangan iklan.
Peningkatan pengetahuan tentang gizi sangat diperlukan bagi remaja. Semakin tinggi pengetahuan akan berpengaruh terhadap sikap dan perilaku seseorang dalam perilaku konsumsi makanan. Dengan pengetahuan yang dimiliki, maka remaja akan tahu dan berupaya untuk dapat mengatur pola makan sendiri sehingga tidak terjadi kekerangan ataupun kelebihan gizi serta penyakit yang akan ditimbulkan.
Ada beberapa cara yang bisa kita lakukan untuk mengurangi konsumsi junk food, seperti:
- Membatasi konsumsi junk food dalam periode tertentu, misalnya dengan mengkonsumsi junk food maksimal seminggu sekali atau sebulan sekali.
- Menyiapkan bekal atau dengan memasak sendiri.
- Mengganti camilan berupa makanan ringan menjadi buah-buahan serta memperbanyak konsumsi air putih.
- Mencari tahu informasi terkait kandungan dan resiko dari makanan yang dikonsumsi.
- Membuat replika makanan junk food, seperti membuat nugget yang isinya sayuran.
- Membuat rencana menu makanan sehari-hari dan menyiapkan bahan-bahan sendiri di rumah, dengan adanya rencana ini kita tidak tergiur untuk memesan atau mengonsumsi makanan junk food.
- Buat piring makan lebih berwarna dengan kombinasi sayur dan buah yang beragam sehingga merasakan sensasi baru setiap harinya.
Pencegahan yang kita lakukan untuk meminimalkan konsumsi terhadap junk food. pencegahan yang kita lakukan juga akan berdampak positif bagi tubuh kita. Sesuai dengan firman Allah SWT: “Wahai manusia! Makanlah dari (makanan) yang halal dan baik yang terdapat di bumi…” (QS. Al Baqarah, 2:168). Di dalam alquran juga sudah disebutkan berbagai makanan yang baik bagi tubuh kita sehingga tidak mempengaruhi kesehatan. Mari kita menjadi remaja yang berpikir kritis terutama dalam memilih makanan.