Baru setahun belajar di Samalanga Teugku Ahmad Dewi telah menemukan jati dirinya dan, menentukan arah perjuangannya. Bakat orasi dan kapasitas keilmuannya semakin terasah di bawah bimbingan Abon Samalanga.
Masa-masa belajar di Samalanga merupakan masa pembentukan karakter dirinya sebagai da’i kritis. Sambil belajar, Teungku Ahmad Dewi kerap diundang memberi pengajian dan ceramah di meunasah – meunasah Kecamatan Samalanga dan sekitarnya.
Di sinilah popularitas Teungku Ahmad Dewi sebagai da’i bermula.
Masa Berkarya
Perawakan yang tinggi tegap, wajah yang tampan dan bakat orasinya menarik perhatian masyarakat.
Ditambah dengan gaya penampilannya yang menarik, kadang terkesan nyentrik, maka tidak heran jika dalam tempo singkat ia telah dikenal sebagai da’i yang memukau.
Di sisi lain, darah ulama yang mengalir di tubuhnya dan latar belakang kependidikan di dayah terbesar Aceh (MUDI Mesjid Raya) memberinya legitimasi dan garansi keilmuan sebagai ulama yang patut menjadi rujukan bagi masyarakat.
Ia diundang berdakwah ke seluruh daerah di Aceh, dan dakwahnya selalu dipadati pengunjung yang massanya berjumlah puluhan ribu. Ia menjelma menjadi publik figur yang ceramahnya ditunggu-tunggu masyarakat.
Ketokohan sosok Teungku Ahmad Dewi menarik perhatian berbagai pihak dengan berbagai kepentingan.
Sebuah informasi mengabarkan bahwa Teungku Hasan Tiro juga sempat mengadakan pertemuan khusus dengan Teungku Ahmad Dewi, di Jeunieb dalam masa-masa gerilyanya di Aceh.
Ekses pertemuan ini, pada tahun 1977, Teungku Ahmad Dewi pun ditangkap aparat keamanan dalam penggerebekan di Dayah MUDI, Mesjid Raya, Samalanga karena diduga terlibat Aceh Merdeka (AM).
Teungku Ahmad Dewi ditahan di Markas Laksus Drien Meuduroe, Geulumpang Payong, Kabupaten Pidie.
Selama dalam tahanan, masyarakat tiada henti berkunjung menjenguk beliau sampai akhirnya dipindahkan ke Banda Aceh (ditahan di daerah Lampineung).
Pada masa ini beliau sempat diisukan telah meninggal dunia, masyarakat yang menjenguk tidak bisa bertemu beliau sehingga masyarakat di kampung-kampung melaksanakan shalat jenazah ghaib untuk Teungku Ahmad Dewi.
Setelah tiga bulan ditahan di Banda Aceh, datanglah seorang ulama Aceh Besar (Abu Usman Fauzi) yang kala itu aktif dalam partai politik Golkar (Golongan Karya).
Halaman Selanjutnya