Sering kita mengabaikan hal kecil seolah tidak bermakna dengan berlomba-lomba melakukan hal yang besar, seolah-olah ingin menyelamatkan dunia dalam waktu semalam.
Hal inilah yang sering menyebabkan kita gagal melakukan kebaikan, baik kebaikan untuk diri kita, maupun kebaikan untuk orang lain.
Berbeda halnya dengan salah satu sahabat saya. Juga sebagai mentor kawan movie saya yang bernama Razali Yusuf. Pria kelahiran tanggal 31 Desember tahun 1968 ini dalam berkiprah pada kemanusiaan sadar bahwa, dirinya tidak akan mampu mengubah dunia menjadi lebih baik dalam semalam.
Bermodalkan impian kecil dan beberapa motivasi dari rekan sejawat ditambah sedikit petuah dari sang guru, Pria yang kerab disapa Cek Li itu, Gigih berjuang mengubah generasi mulai dari sekarang, agar mampu mengubah kehidupan 5 sampai 10 tahun yang akan datang, beliau berpandangan, bahwa jika ingin mengubah hal besar untuk hari esok, maka lakukanlah hal-hal kecil mulai sekarang. Mudah – mudahan 5 sampai 10 tahun yang akan datang hal besar yang kita impikan sekarang, akan terwujud.
Berangkat dari pemikiran sederhana ini, Razali Yusuf bertekad untuk melakukan perubahan Aceh ke depan, mungkin dirinya bukanlah yang pertama yang memulainya, namun beliau salah satu diantara yang sedikit dengan misi yang sama.
Pria paruh baya ini bukan tokoh politik, tetapi buka berarti buta politik. Beliau juga bukan tokoh agama, akan tetapi beliau berjuang untuk agama, beliau seorang pemikir dan pelaksana yang bergerak mengubah dunia.
Karena tidak mau berpangku tangan maka beliau akhirnya membentuk sebuah wadah guna mengakomodir keinginan kecil dalam membangun Aceh ke depan, yaitu lembaga Acheh Future, figur Razali Yusuf sudah begitu dikenal di kalangan masyarakat luas hal ini tak terlepas dari kiprahnya di dunia aktivis yang sangat conseren dalam mengadvokasi keluhan masyarakat miskin melalui lembaga Acheh Future yang dipimpinnya sejak tahun 2009.
Acheh Future memiliki visi dan misi yang tidak bisa dianggap omong kosong belaka, mewujudkan masa depan Aceh yang lebih baik serta bermartabat.
Misi Acheh Future diantaranya adalah
– meningkatkan kualitas Generasi Muda Aceh dengan Pendidikan Agama. Mengupayakan terbentuknya komunitas masyarakat kritis tentang hak-hak dasar individu.
– Mendorong dan memperkuat kinerja Pemerintah dalam upaya pembangunan Aceh yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi dan notesisme.
– Mendorong Pemerintah untuk membuka informasi bagi publik dalam rangka membangun transparansi pemerintahan.
– Melakukan advokasi serta kritisisasi kebijakan publik Pemerintah bagi masyarakat Aceh.
Masa lalu Razali Yusuf pernah mengalami pengalaman pahit tepatnya pada tahun 1978, ia bersama ibu dan adiknya ditangkap oleh aparat keamanan ketika usianya masih remaja, tindak kekerasan yang terjadi kala itu dianggap wajar, apalagi Ayah beliau dianggap memberontak terhadap Negara Republik Indonesia karena ayahnya terlibat dalam perjuangan Aceh Merdeka (AM) begitulah adanya kondisi keamanan ketika konflik di Aceh masih berkecamuk, Meski masih belum begitu mengerti apa yang terjadi di Aceh pada saat itu, akan tetapi beliau mencatat peristiwa itu sebagai sejarah penting dalam hidupnya.
Kejadian ini begitu sangat berbekas pada diri Razali Yusuf yang tak terlupakan ketidakadilan yang pernah dialami mendorong beliau untuk aktif memperjuangkan hak-hak sipil masyarakat Aceh hingga saat ini, meski telah mengalami pahitnya konflik yang berkepanjangan di Aceh, akan tetapi rasa optimisme Cek Li dalam menjalani kehidupan untuk melakukan hal terbaik untuk generasi Aceh ke depan.
kehidupannya yang sederhana menjadi ciri khasnya sehingga siapapun tidak sungkan menyapanya, lihat saja di media sosial Razali Yusuf cek lie rekan-rekan Facebook sering kali bercanda dan becanda gurau sehingga tak heran memiliki puluhan ribu pengikutnya,
Apalagi tipenya tidak mudah marah dan selalu ramah terhadap rekan-rekannya walaupun baru dikenal. Kegiatan yang sedang giat dilakukan oleh Cek Li bersama timnya langkah nyata dalam mewujudkan mimpi membangun Aceh yang lebih bermartabat.
Dengan program sosial yang sudah ia lakukan bersama rakan-rekannya di Lembaga Acheh Future dalam beberapa tahun terakhir ini yaitu menjemput anak yatim, yatim-piatu dan anak dari kelurga tidak mampu yang ingin mondok tapi tidak ada biaya, mengantarkan ke Dayah dengan perjanjian harus mampu mondok selama 9 tahun.
Membantu para santri santriwati yang kurang mampu dalam bentuk bantuan kitab-kitab kuning materi ajaran dayah – dayah Salafiyah di Aceh kitab-kitab kuning tersebut di beli dengan dana yang berasal dari sumbangan para dermawan (Hamba – hamba Allah) yang peduli terhadap pendidikan Dayak di Aceh, Selain itu kegiatan membagikan kitab-kitab panduan untuk santri tetap berlangsung, beliau juga aktif dalam hal advokasi tentang keluhan masyarakat miskin yang ada di Aceh.
Panduan untuk santri Dayah Beliau juga aktif dalam hal advokasi tentang keluhan masyarakat miskin yang ada di Aceh dari hasil advokasi Cek li berjuang mencari solusi kepada semua pihak yang bersedia membantu untuk masalah yang dialami oleh masyarakat yang membutuhkan perhatian.
Tidak sedikit pula kendala yang beliau alami untuk mewujudkan mimpi membangun Aceh menjadi lebih bermartabat. Pemilik kulit hitam manggis dan bercamata ini yang suka humor dan hobi membaca sering tampil pada acara-acara pertemuan tingkat lokal dan nasional dan juga aktif pada kegiatan buffer aksi bersama parade Aswaja, Rabithah Silaturahmi Santri Aceh (RASSA) dan lain-lain untuk penguatan Syariat Islam dan menentang aliran-aliran sesat.
Karena kedekatannya dengan Pimpinan – pimpinan dayah dan tokoh-tokoh Agama eksistensinya semakin diperhitungkan.
Di balik sifat yang sederhana dan humoris prinsipnya sangat tegas dan bertanggung jawab
Program-program organisasi ia selalu konsisten walaupun selama ini menurut keterangan Cek Li sendiri untuk menjalankan organisasi yang dipimpinnya dengan menggunakan biaya pribadi tanpa mengharapkan bantuan dari pemerintah, karena yang utama, bagaimana bisa membantu masyarakat lemah dengan prinsip dan nawaitu yang ikhlas, tak heran lembaga Acheh Future yang ia dirikan telah tercatat memiliki anggota 2800 relawan yang tersebar di seluruh Aceh.
Banyak rekan-rekan dekatnya memberikan apresiasi dan angkat topi atas kegigihannya memperjuangkan nasib rakyat kecil walaupun harus berhadapan dengan penguasa, karena sering dia memberikan kritikan di media massa serta sikap kritisnya sehingga sering mendapat teror dan ancaman dari orang-orang tidak kenal, tapi cek Li yakin setiap yang dia jalankan merupakan kebenaran dan insya Allah pasti Tuhan Yang Maha Kuasa akan melindungi saya dengan berkat do’a – do’a anak yatim dan guru – guru di Dayah serta masyarakat Aceh, semua tantangan tidak membuat dirinya bergeming untuk terus menyuarakan aspirasi masyarakat.
Razali Yusuf (Cek Li ) bersama keluarga berdomisili di Gampong Meunasah Asan, Jalan Lueng Sa Km. 11 Kecamatan Madat Kabupaten Aceh Timur yang berbatas dengan Kecamatan Tanah Jambo Aye, Aceh Utara, di samping sibuk dalam kegiatan aktivitas organisasi namun tidak melupakan tanggung jawabnya sebagai kepala keluarga bahkan dua jagoannya dititipkan di Dua Dayah, Dayah Bustanul Huda Paya Pasi dan di Dayah Baitul Huda Al Aziziyah untuk menuntut ilmu Agama.
Penulis punya harapan, sebagai sahabat seperjuangannya, kelaj impian Razali Yusuf (Cek Li) akan mendapatkan hasil seperti yang diharapkannya, ke depan akan ada pihak-pihak yang memiliki kemampuan lebih untuk membantu program kerja Acheh Future membangun generasi Aceh yang lebih baik dan bermartabat.
Selamat berjuang sahabat, tulisan ini adalah hasil wawancara khusus dengan Ketua Lembaga Acheh Future Yusuf ( Cek Li) di sebuah cafe perbatasan Kabupaten Aceh Timur dengan Kabupaten Aceh Utara.
Salam Acheh Future.
“For Generation of Aceh people”
Penulis : nama (sahabat seperjuangan Razali (Cek Li)
Editor : Alman Falki, S. HI, Pengurus Acheh Future, Aktivis Sosial dan seorang Jurnalis.”