
TRADISI unik masyarakat Aceh menjelang hari besar islam, yakni bulan Ramadhan dan Idul Fitri serta Idul Adha, yakni meugang atau kerap dengan lakap Mak Meugang.
Sepertinya saat ini, dimana pemerintah telah menetapkan pada 12 Maret 2024 merupakan jatuhnya awal ramadhan. Sehingga, tradisi yang sudah dilakukan secara turun temurun di Aceh, mulai terlihat sebelum dua hari masuknya bulan Ramadhan.
Meugang dalam bahasa Aceh artinya memotong atau memotong daging. Pada saat itu, kondisi pasar sangat padat dan ramai oleh masyarakat untuk berbelanja.
Hal inilah yang memunculkan istilah atau sebutan ‘Makmu that gang nyan’ yang artinya makmur sekali pasar tersebut. Dimana akhirnya istilah itu kerap diucapkan menjadi kata atau istilah makmeugang.
BACA JUGA: Jadwal Imsakiyah Ramadhan 1445 Hijriyah Untuk Wilayah Aceh Timur dan Sekitarnya
Makmeugang merupakan momen dimana masyarakat Aceh berbondong-bondong membeli daging yang lebih banyak dari biasanya. Terlebih bagi masyarakat yang terbilang mampu dalam ekonomi, mereka melakukan pemotongan hewan ternak, seperti kerbau, sapi maupun kambing.
Bagi warga yang mampu, saat Makmeugang juga digunakan untuk bersedekah kepada tetangga atau sanak keluarga yang kurang mampu. Dimana daging hewan ternak dibagikan kepada warga kurang mampu atau juga warga sekitar.
Tradisi makmeugang di Aceh identik dengan memasak daging sehari atau dua hari menjelang Ramadhan ataupun Idul Fitri maupun Idul Adha. Pembelian daging ini dilakukan hampir sebagian besar masyarakat Aceh untuk nantinya disantap bersama keluarga, para kerabat dan juga tetangga.
Makmeugang tidak hanya sekedar persoalan makan daging semata, tapi ada beberapa hal menarik dan makna dibalik tradisi tersebut.
Saat makmeugang, suasana di pasar terlihat sangat padat oleh masyarakat yang berbelanja, baik membeli daging maupun bahan pokok lainnya. Termasuk rempah-rempah untuk bumbu masak daging yang sudah dibeli.
Pada sejumlah sudut pasar, terlihat jejeran pedagang daging dadakan yang tidak terlihat pada hari biasanya. Sehingga pada makmeugang, kebutuhan hewan ternak untuk dipotong jumlahnya meningkat drastis dibanding hari biasanya.
Tradisi makmeugang juga menjadi ajang berkumpul dan mempererat silaturahmi sesama keluarga. Hal ini lantaran, tradisi masyarakat Aceh, keluarga yang selama ini sudah berbeda tempat tinggal, akan mengunjungi rumah orang tuanya pada hari meugang tersebut.
Makmeugang juga dimaknai oleh sebagian besar masyarakat dengan sebuah pembuktian diri dan harga diri. Dimana para pria pada hari yang dianggap sakral ini, diharapkan mampu membawa pulang daging ke rumah, sebagai bukti tanggung jawab sebagai seorang kepala keluarga.***
Sumber : Layarberita.pikiran-rakyat.com | Editor : Ilham