Infoacehtimur.com / Aceh – Publik tercengang setelah saluran YouTube Shaleh Abdullah, selaku pembawa acara Podcast mengundang Melati dan Mawar yang selama ini menjadi Pekerja Seks Komersial (PSK) di Banda Aceh.
Bagaimana tidak, bumi Aceh yang mendapat julukan Serambi Mekkah dipercaya kental dengan syariat Islam usai Podcast pekerja seks komersial. Membuat publik terheran-heran dan “Kok Bisa?”.
Podcast yang dikutip melalui saluran YouTube Shaleh Abdullah itu menelisik kisah keduanya yang tempak profesional dalam pekerja seks komersial. Dalam Podcast itu Melati dan Mawar mengaku ingin menghidupi anak-anak mereka dengan cara menjadi PSK.
Baca Juga: Presma USCND Langsa: Pelecehan Seksual Marak Terjadi di Ruang Lingkup Kampus
Baca Juga: Bisnis Penjaja Seks Di Langsa, Petugas Kesulitan Memberantas Dipicu Bermain via Online
“Salah satunya faktor ekonomi. Saya kan punya tanggung jawab, tapi karena di sini lowongan kerja juga sulit, jadi mau nggak mau saya lakukan itu,” terang Melati, dikutip Infoacehtimur.com, Selasa (27/12/2022) via Suaracom.
Hal senada juga disampaikan oleh Mawar. Sebagai tamatan SMA, kedua ibu tunggal ini mengaku tidak memiliki banyak pilihan pekerjaan sementara kebutuhan anak harus terus dipenuhi.
Apalagi karena mantan-mantan suami mereka sudah tidak lagi memberi nafkah pasca perceraian. Padahal perceraian itu pun terjadi karena suami-suami mereka pernah melakukan kekerasan dalam rumah tangga hingga perselingkuhan.
“Iya, (kurang lebih selama) 3 tahun, (karena) KDRT, perselingkuhan,” balas kedua wanita itu.
“Jadi berarti dikorbankan oleh laki-laki, KDRT dan perselingkuhan? Nafkah nggak diberikan, KDRT juga, perselingkuhan lagi. Betul-betul tidak menguntungkan (untuk istri), yang diuntungkan cuma laki-laki,” ucap Saleh menyimpulkan pengalaman Melati dan Mawar.
Situasi itu memaksa Melati dan Mawar untuk mencari nafkah meski dengan cara yang kurang baik. Mirisnya lagi, pejabat-pejabat dari dalam dan luar Aceh lah yang menjadi pelanggan mereka.
Menurut Melati dan Mawar, ada oknum yang membantu mencarikan mereka pelanggan dan tempat. Dengan oknum itu pula Melati dan Mawar biasanya membagi penghasilan mereka.
Mirisnya, keberadaan oknum ini pula yang membuat mereka cuma mendapat sedikit upah. Bahkan dalam sekali transaksi mereka hanya dibayar beberapa ratus ribu rupiah.
“Kalau sekali transaksi itu berapa ya?” tanya Saleh.
“Sekali sekitar Rp800.000 sampai Rp1 juta. Sama (untuk tamu luar dan dalam),” kata Melati.
“Berapa yang didapatkan untuk kalian kalau lewat oknum.”
“Kalau lewat oknum bagi dua.”
Dengan kata lain, mereka hanya mendapatkan Rp 400-500 ribu untuk sekali transaksi short time. Itu pun oknum mucikarinya tidak bertanggung jawab apabila PSK di bawah arahannya sakit atau semacamnya.
“Seperti kayak hasil dibagi dua, itu kan sebenarnya nggak pantas. Tapi kita mau nggak mau. Kalau kita nggak mau juga dapat ancaman, kita akan dipermalukan di depan umum,” ungkap kedua wanita malang tersebut.
Namun Melati dan Mawar mengaku tidak mempunyai pilihan lain. Tuntutan kebutuhan hidup membuat mereka rela bekerja sebagai PSK.
“Yang saya cari di dunia ini adalah untuk mencukupi kebutuhan anak saya. Selebihnya itu, sudah,” pungkas Melati.***
Baca Juga: Ajang Eksekusi Bisnis Seks Di Langsa, Tarif Bervariasi Rp250 Ribu
Baca berita infoacehtimur.com lainnya di Google News